Kamis 11 Jul 2024 10:32 WIB

Arab Saudi Jor-joran Renovasi Tiga Istana Raja Jadi Hotel Ultra Mewah

Istana Merah adalah bangunan beton pertama di Riyadh.

Eksterior batu dan atap biru dengan taman besar dan kolam renang Istana Al Hamra. Istana kerajaan di seluruh Arab Saudi sedang dalam proyek renovasi dan restorasi.
Foto: Boutique Group
Eksterior batu dan atap biru dengan taman besar dan kolam renang Istana Al Hamra. Istana kerajaan di seluruh Arab Saudi sedang dalam proyek renovasi dan restorasi.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Istana kerajaan di seluruh Arab Saudi, termasuk bekas kediaman Raja Saud bin Abdulaziz dan yang  pernah menjadi tuan rumah bagi tokoh internasional, seperti mantan presiden AS Richard Nixon dan mendiang Putri Diana sedang dalam proyek renovasi dan restorasi.

Proyek tersebut untuk melestarikan situs bersejarah dan mengubahnya menjadi destinasi wisata mewah. Perusahaan perhotelan milik PIF, Boutique Group, mengubah beberapa istana budaya dan sejarah di seluruh Arab Saudi menjadi hotel butik ultra-mewah. Ini sebagai bagian dari rencana pariwisata ambisius Arab Saudi berdasarkan Visi 2030.

Baca Juga

Tiga istana, termasuk Istana Merah dan Istana Tuwaiq di Riyadh dan Istana al-Hamra di Jeddah saat ini sedang dikembangkan. CEO Boutique Group Mark De Cocinis mengatakan beberapa lainnya sedang dipertimbangkan.

“Masing-masing properti ini menawarkan jendela unik ke dalam budaya dan warisan Arab Saudi yang luas serta keragaman wilayah yang mereka sebut sebagai rumah,” kata De Cocinis kepada Al Arabiya, Selasa (9/7/2024).

Tiga Istana Sedang Direnovasi

Istana Al Hamra terletak di sepanjang corniche ikonik Jeddah dan dibangun pada akhir tahun 1960-an. Istana ini awalnya dibangun sebagai kediaman Raja Faisal bin Abdulaziz.

"Namun, setelah pembangunannya selesai, penguasa malah memilih mengubahnya menjadi tempat menerima tamu terhormat Jeddah,” kata De Cocinis.

Selanjutnya...

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement