Kamis 11 Jul 2024 11:17 WIB

Ceramah Mama Ghufron Dinilai tak Masuk Akal tapi Undang Jamaah, Apa Sebabnya?

MUI menilai ceramah Mama Gufron tidak berdasar.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: A.Syalaby Ichsan
Ghufron Al-Bantani
Foto: Dok. Republika
Ghufron Al-Bantani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pakar Sosiologi Agama  Prof Mohammad Baharun mengatakan, masyarakat Indonesia masih percaya hal-hal unik yang tidak rasional atau tidak masuk akal. Hal tersebut disampaikan Baharun setelah melihat fenomena Mama Ghufron yang ceramahnya tidak masuk akal tapi banyak jamaahnya.

Dalam video yang beredar, Abdul Ghufron Al Bantani atau yang biasa disebut Mama Ghufron dalam ceramah kontroversinya selalu saja dihadiri jamaah. Berdasarkan suara dan visual dalam beberapa video yang beredar, jamaah yang mendengarkan ceramah Ghufron cukup banyak.

Baca Juga

Padahal, menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis, perkataan Gufron banyak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, dan cenderung tidak berdasar.

Dalam pandangan Prof Baharun, fenomena  yang marak akhir-akhir ini, seperti Mama Gufron yang mengaku-ngaku bisa video call dengan Malaikat Maut dan sebagainya itu mungkin masih terus berlaku di Nusantara.

photo
Putra Habib Hasan Baharun, Prof Mohammad Baharun bersama Pemda Bondowoso, meresmikan jalan Habib Hasan Baharun di Bondowoso Jawa Timur - (dok web)

"Karena masyarakat kita (di Indonesia) yang paternalistik ini masih percaya yang unik-unik seperti itu mesti tak rasional dan tak ada dasarnya dalam agama," kata Prof Baharun kepada Republika, Kamis (11/7/2024)

Baharun mengatakan, Nusantara jadi ladang yang subur bagi orang-orang yang nyeleneh. Sementara yang berakal sehat kurang memberikan pencerahan kepada umatnya.

Menurut Baharun, ketika kondisi sosial yang karut marut terjadi, hadirnya keunikan-keunikan itu tidak mustahil dimanfaatkan atau sengaja dibuat untuk mengalihkan isu-isu besar yang menimpa bangsa dan negara Indonesia. Dia mencontohkan, kasus-kasus mega korupsi, pelanggaran etika oleh elit politik, bocornya pusat data negara dan lain sebagainya.

"Karena itu menurut saya, peran ulama dan cendekiawan harus terus dioptimalkan mencerahkan umat dan masyarakat dari atraksi-atraksi sosial di luar kewarasan itu," ujar Prof Baharun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement