REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ruwaibidhah adalah istilah dalam hadits yang merujuk kepada orang bodoh atau tidak kompeten yang berbicara tentang urusan publik atau perkara besar. Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّهَا سَتَأْتِي عَلَى النَّاسِ سِنُونَ خَدَّاعَةٌ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ. (رواه أحمد)
Artinya: "Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun penipuan, di dalamnya orang yang berdusta dipercaya sedang orang yang jujur didustakan, orang yang berkhianat diberi amanah, sedang orang yang amanah dikhianati, dan di dalamnya juga terdapat al-ruwaibidhah.” Ditanya, “Apa itu al-ruwaibidhah wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Yaitu orang bodoh yang berbicara (memberi fatwa) dalam urusan manusia” (HR Ahmad).
Lalu siapa Ruwaibidhah dalam konteks sekarang ini?
Dalam konteks modern, istilah Ruwaibidhah ini sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak memiliki pengetahuan atau keahlian yang cukup namun tetap memberikan pendapat atau membuat keputusan penting, terutama di media sosial atau dalam politik.
Pengasuh Darus Sunnah Ciputat, KH Zia Ul Haramein atau yang akrab disapa Gus Zia menjelaskan, yang dimaksud hadits di atas memang sudah jelas dan sudah diberikan syarah langsung oleh baginda Nabi SAW tentang orang bodoh atau orang fasik di akhir zaman.
"Dalam hal ini jika ditarik ke zaman sekarang berarti Ruwaibidhah itu bisa diartikan sebagai orang yang tidak memiliki kapasitas tapi diberi wewenang atau diberi tanggungan atau amanah yang besar," ujar Gus Ziya saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (11/7/2024).
Berdasarkan keterangan guru-gurunya, Gus Zia pun mengungkapkan bahwa Ruwaibidhah adalah orang-orang tidak amanag dalam menjalankan tugasnya.
"Kalau menurut beberapa masyayikh kami, termasuk dari murid-muridnya Habib Umar bahwa yang dimaksud denfan Ruwaibidhah adalah orang-orang yang punya kemungkinan besar untuk merusak atau untuk tidak amanah dalam tugasnya di berbagai bidang, baik di bidang keilmuan, ekonomi, atau pun bidang pemerintahan dan politik," ucap Gus Zia.
Namun, dia mengatakan, untuk menentukan siapa "Ruwaibidhah" di zaman sekarang ini bisa subjektif dan bergantung pada perspektif masing-masing orang. Ada yang mungkin melihatnya sebagai politisi, selebriti, atau tokoh publik yang sering berbicara tentang hal-hal di luar bidang keahlian mereka .
"Jadi itu orang-orang yang bodoh, yang tidak punya ilmu, atau orang fasik yang diberikan jabatan atau amanah tapi tidak bisa mengembannya dengan baik," kata Gus Zia.