Sabtu 13 Jul 2024 16:13 WIB

Unilever Bakal PHK 3.200 Karyawan di Eropa Hingga Akhir 2025, Ada Apa?

Langkah efisiensi tersebut untuk mendorong bisnis perusahaan tetap tumbuh.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Logo Unilever.
Foto: AP Photo/Tatan Syuflana
Logo Unilever.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Unilever berencana akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sepertiga karyawannya di Eropa hingga akhir tahun 2025. Langkah efisiensi tersebut merupakan strategi CEO Unilever Hein Schumacher untuk mendorong bisnis perusahaan untuk tetap tumbuh.

"Saat ini, selama beberapa minggu ke depan, kami akan memulai proses konsultasi dengan karyawan yang mungkin terdampak oleh perubahan yang diusulkan," kata juru bicara Unilever melalui email dikutip Reuters, Sabtu (13/7/2024).

Baca Juga

Rencananya, sebanyak 3.200 posisi di perusahaan akan dipangkas hingga akhir 2025. PHK tersebut juga menjadi strategi global Unilever yang akan mengurangi 7.500 pegawai seperti yang diumumkan pada Maret 2024.

"Yang terdampak dalam efisiensi di Eropa antara sekarang dan akhir tahun 2025 kisaran 3.000 hingga 3.200 karyawan," kata Kepala SDM Unilever Constantina Tribou.

Kepala Dewan Pekerja Eropa Unilever Hermann Soggeberg menyebut rencana ini akan menjadi PHK terbesar di Unilever selama beberapa dekade. Menurutnya, sangat tidak tepat menyebut PHK untuk mendorong produktivitas perusahaan.

"Karena orang-orang yang telah bekerja dan produktif kini akan kehilangan mata pencaharian mereka," ujar dia.

Diketahui, CEO Hein Schumacher mengumumkan rencana PHK pada Oktober tahun lalu. Ia menjelaskan bahwa langkah ini harus dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan investor setelah kinerja Unilever yang buruk dalam beberapa tahun terakhir.

Guna mengembalikan kepercayaan para investor, Unilever telah mengambil langkah-langkah untuk mengubah bisnisnya sebagai bagian dari rencananya untuk merevitalisasi pertumbuhan. Pada bulan Maret, perusahaan mengumumkan akan memisahkan bisnis es krimnya, yang menaungi merek-merek populer seperti Magnum dan Ben & Jerry's.

Manajer portofolio di Oberon Investments mengatakan, dari pandangan pemegang saham, perubahan haluan jelas diperlukan pada bisnis yang berkinerja buruk. "Kehadiran seorang aktivis dalam daftar pemegang saham biasanya merupakan indikator yang jelas akan hal itu," kata Jack Martin.

Ia menambahkan, penjualan bisnis es krim merupakan langkah awal. Namun langkah PHK sepertiga karyawan dalam beberapa bulan mendatang menunjukkan masih adanya pekerjaan rumah besar yang harus dilakukan untuk menarik kembali minat para pemegang saham.

 

DISCLAIMER

  • Judul berita ini telah mengalami perubahan dengan menambahkan 'Eropa'.
  • Unilever Indonesia keberatan dan mengirim surat ke redaksi Republika terkait konteks kawasan di mana peristiwa itu terjadi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement