Senin 15 Jul 2024 08:56 WIB

Camilan China Latiao Sebabkan Keracunan Murid di Sukabumi, YLKI Beri Komentar

YLKI minta pemerintah tindak tegas peresaran camilan ilegal China.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Latiao (ilustrasi). YLKI meminta Pemerintah Indonesia menindak tegas peredaran camilan ilegal China di Indonesia.
Foto: Dok Weilong Latiao Spicy Gluten China
Latiao (ilustrasi). YLKI meminta Pemerintah Indonesia menindak tegas peredaran camilan ilegal China di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia diminta mengambil tindakan tegas atas kasus peredaran camilan asal China ilegal dalam beberapa waktu terakhir. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) berpendapat, pemerintah perlu menelusuri dan memproses hukum atas masuknya camilan tersebut ke Indonesia.

"Siapa ini yang terlibat dalam dalam pemasokan, peredaran, dan perdagangan produk ilegal,” kata Pengurus Harian YLKI Sudaryatmo di Jakarta, pada akhir pekan lalu.

Baca Juga

Sudaryatmo mengatakan pemerintah harus menelusuri rantai pasok makanan tersebut agar kualitas hidup masyarakat tidak makin terancam. Terlebih camilan tersebut diketahui banyak beredar di kalangan anak-anak.

Ia mencontohkan, dalam kasus camilan Hot Spicy Latiru dan Latiao Stripes, belasan siswa SDN Cidadap I, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi mengalami pusing, mual dan muntah seusai mengonsumsinya. Menurut dia, kasus tersebut merupakan anomali yang perlu dijadikan perhatian karena Sukabumi termasuk ke dalam wilayah yang tidak termasuk dalam daerah perbatasan antar negara.

Dia mengatakan, kasus keracunan tersebut juga disebabkan oleh adanya pengawasan dan regulasi Indonesia lemah, sehingga Indonesia dibanjiri oleh produk China berkualitas di bawah standar. Maka dari itu, ia meminta pemerintah terutama dinas terkait seperti dinas pendidikan dan kesehatan di daerah untuk lebih aktif melakukan pengawasan.

“Karena ini menyangkut jajanan di sekolah, mestinya pemerintah daerah khususnya dinas pendidikan dan dinas kesehatan secara periodik melakukan pengawasan ke sekolah-sekolah terhadap produk yang dijual,” ujar Sudaryatmo.

Dia membeberkan contoh deretan kasus yang melibatkan camilan dari China dan patut dijadikan perhatian oleh seluruh pihak. Seperti adanya laporan temuan minyak goreng asal China mengandung BBM.

Diketahui hal itu dapat terjadi karena truk tangki tidak dibersihkan sesuai prosedur setelah mengangkut BBM. Cara itu dilakukan produsen dengan tujuan memangkas biaya dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.

Pada 2023 terdapat penyelidikan terhadap bir terkemuka Tsingtao kedapatan produknya tidak steril lantaran kemunculan video yang menunjukkan seorang karyawan pabrik buang air kecil pada bahan mentah untuk membuat minuman beralkohol.

Sedangkan pada 2022, raksasa pengolahan daging babi bernama Henan Shuanghui terbukti melakukan praktik kerja yang tidak higienis seperti mengemas daging yang jatuh ke lantai serta pekerja yang mengenakan seragam kotor terungkap.

“Deretan kasus tersebut pun mengingatkan skandal besar di China pada di mana ditemukan kandungan melamin pada susu. Dampaknya pun membuat enam bayi tewas serta meracuni ratusan ribu anak,” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement