Senin 15 Jul 2024 09:34 WIB

Cendekiawan Muda Nahdliyin Kunjungi Israel, Dulu Pendiri NU Berjuang untuk Palestina

Sejumlah pihak menyayangkan kunjungan cendikiawan muda Nahdliyin ke Israel.

Rep: Nashih Nashrullah / Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Sejumlah tokoh muda Nahdliyin bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog.
Foto: dok istimewa
Sejumlah tokoh muda Nahdliyin bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah intelektual muda nahdliyin (sebutan bagi warga NU) mengunjungi Israel. Dalam foto yang diterima Republika.co.id, para intelektual muda tersebut bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog.

Tidak diketahui persis kapan kunjungan para intelektual muda Nahdliyin tersebut. Informasi yang diperoleh Republika.co.id, mereka berada di Israel selama pekan lalu.

Baca Juga

Sejumlah pihak menyayangkan pertemuan tersebut. Bahkan, PBNU menyebut kunjungan mereka tak mewakili organisasi.

Terlepas dari sikap sejumlah pihak atas kunjungan itu, para ulama pendahulu dari kalangan NU telah menunjukkan sikapnya atas Palestina. Mereka memberikan dukungan bagi Palestina dan menolak penjajahan Israel.

Misalnya, seperti dikutip dari pemberitaan Republika.co.id pada Desember 2023 lalu, sejarawan Aguk Irawan mengungkap perjuangan-perjuangan KH Hasyim Asy’ari dalam mengonsolidasi kekuatan umat Islam Indonesia untuk mendukung perjuangan Rakyat Palestina.

“KH Hasyim mengajak umat Islam untuk mengumpulkan dana yang diberikan kepada Rakyat Palestina melalui Palestina Fons dan Majelis Rajabiyah, dimulai tanggal 19 Ramadhan 1356 H  atau 23 November 1937,” ujar Aguk dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Senin (6/11/2023). 

Hal itu disampaikan Aguk dalam kajian bertajuk “Mengenal Sosok Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, Pemersatu Umat Islam Indonesia” di Ponpes Minggir, Sleman, pada Sabtu (4/11/2023). Pengasuh PP Baitul Klimah ini melanjutkan, hal itu dilakukan KH Hasyim dengan mengorganisasi puluhan organisasi Islam di Indonesia. 

“Hasilnya, waktu itu sekitar 600 ribu gulden berhasil dikumpulkan dan dikirimkan ke Palestina untuk perjuangan umat Islam di sana,” ucap Aguk.

Aguk Irawan juga mengungkap langkah strategis KH Hasyim Asy’ari yang juga secara cerdik membaca peluang yang lahir dari konflik dunia (yakni Perang Dunia II dan di kawasan Asia dikenal Perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik) untuk melepaskan Indonesia dari jajahan Belanda. 

Sementara, Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Cholil Nafis, membacakan sikap resmi PBNU di hadapan jutaan peserta aksi akbar bela Palestina di Monas, Jakarta, Ahad (5/11/2023). Aksi ini berlangsung sejak Ahad pagi.

Kiai Cholil, yang juga merupakan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), mengawali pernyataannya dengan mengungkapkan pendiri sekaligus Rais Akbar PBNU KH Hasyim Asy’ari pada 1938, sebelum Indonesia merdeka dan pada saat terjadi agresi ke Masjid Al Aqsa, sudah memfatwakan tentang qunut nazilah.

Fatwa tersebut diperuntukkan bagi warga nahdliyyin dan kaum Muslimin di mana pun berada, sebagai wujud solidaritas sesama umat Muslim atas masalah yang dialami Palestina.

"Pada saat itu Kiai Hasyim Asy'ari mendapat ancaman dan persekusi dari Belanda karena dianggap ini membangkitkan ruh jihad antara kaum Muslimin saat itu. Tetapi sekarang bukan hanya masalah kaum Muslimin tetapi juga menjadi masalah kemanusiaan. Maka, selain ukhuwah Islamiyah, ada juga ukhuwah insaniyah," tuturnya.

Adapun sikap resmi PBNU yang dibacakan oleh Kiai Cholil ditandatangani oleh Rais Aam, Katib Aam, Ketua Umum dan Sekjen. Pertama, membela Palestina adalah berdasarkan keimanan, yang mengacu pada sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa.

"Karena itu, bagi kita yang Muslim atas nama keimanan itulah yang memanggil. Kita saling merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-saudara kita di Palestina. Kita bagikan satu bangunan, maka saling menolong antara kita dengan mereka," kata Kiai Cholil.

"Maka hari ini masyarakat Indonesia menyatakan protes kepada dunia, untuk berpihak kepada dunia. Yang kita lakukan saat ini adalah ibadah kepada Allah. Ibu-bapak panas hari ini tetapi gak ada apa-apanya dibandingkan saudara-saudara kita di Palestina," tambahnya.

Kedua, PBNU meminta atas dasar keimanan dan kemanusiaan untuk membantu dan menolong saudara-saudara kita di Palestina. "Ibu-bapak yang punya kekuatan doa mungkin yang bisa membuka pintu langit kepada Allah. Mari kita panjatkan doa. Ketika ibu bapak memiliki kemampuan harta, mari salurkan hartanya dan kita mengetuk orang yang berwenang untk menyelesaikan persoalan Palestina," ucapnya.

Terakhir, Kiai Cholil menyampaikan PBNU mengajak untuk bersama-sama berdoa sesuai keyakinan masing-masing. "Bapak ibu sekalian, mari kita sama-sama berdoa sesuai keyakinan masing masing. Maka KH Hasyim Asy'ari, sebagai hadratussyaikh, Rais Akbar di NU, meminta kita untuk qunut nazilah," ujarnya.

sumber : Dok Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement