Selasa 16 Jul 2024 04:00 WIB

Pertama Kalinya, Israel Akui Mulai Kehabisan Tank

Program lapis baja Israel harus ditunda karena tak ada tank untuk latihan.

Tentara Israel berdiri di samping tank Merkava dari Brigade Cadangan 4 yang dimuat di truk setelah mereka mundur dari Jalur Gaza selatan, di lokasi yang dirahasiakan di Israel, 28 Januari 2024.
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
Tentara Israel berdiri di samping tank Merkava dari Brigade Cadangan 4 yang dimuat di truk setelah mereka mundur dari Jalur Gaza selatan, di lokasi yang dirahasiakan di Israel, 28 Januari 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Jajaran pasukan penjajahan Israel akhirnya terpaksa mengakui kekurangan tank dan kendaraan tempur setelah sembilan bulan menghadapi perlawanan pejuang Palestina di Gaza. Hal ini sebelumnya mereka tutup-tutupi meski rekaman video pejuang Palestina menunjukkan sebaliknya.

Dilaporkan media-media Israel, Kekurangan tank itu terungkap menyusul putusan Pengadilan Tinggi Militer agar IDF segera menjalankan program percontohan yang direncanakan bagi tentara wanita untuk bertugas di Korps Lapis Baja. Saat ini, tentara wanita hanya dapat bertugas di tank di Korps Pertahanan Perbatasan IDF, sebagai bagian dari kompi tank yang semuanya perempuan di batalion infanteri ringan campuran-gender Caracal, yang beroperasi di sepanjang perbatasan Mesir – bukan dalam perang atau pertempuran jauh di belakang garis pertahanan pejuang.

Baca Juga

Program di Korps Lapis Baja seharusnya dimulai sekitar tahun ini. Pihak militer, dalam menanggapi petisi yang meminta mereka untuk membuka peran tambahan bagi rekrutan perempuan, mengatakan bahwa uji coba ini akan dimulai paling cepat pada bulan November 2025.

IDF mengklaim bahwa saat ini mereka tidak memiliki cukup tank untuk program percontohan. “Selama perang, banyak tank yang rusak, yang dinonaktifkan pada tahap ini dan tidak digunakan untuk pertempuran atau pelatihan, dan tank baru diperkirakan tidak akan segera dimasukkan ke dalam korps,” klaim IDF dalam pernyataannya dikutip the Times of Israel pada Senin kemarin.

Beberapa perwira senior di unit lapis baja yang bertempur di Jalur Gaza sebelumnya mengatakan kepada the Times of Israel bahwa sangat sedikit tank yang dinonaktifkan selama pertempuran tersebut, dan kendaraan yang rusak segera diperbaiki dan dikirim kembali ke medan perang. Hal ini ternyata kebohongan merujuk tanggapan atas perintah pengadilan kemarin.

IDF juga mengungkapkan bahwa amunisi perang mereka kekurangan pasokan. Menurut pengajuan tersebut, kepala staf militer memutuskan untuk menunda memasukkan perempuan ke dalam posisi tempur hingga November 2025 karena kekurangan persenjataan Korps Lapis Baja.

Ini adalah pertama kalinya IDF secara terbuka mengakui kekurangan peralatan dan amunisi serta perwira dan tamtama setelah banyak yang terbunuh atau terluka sejak perang pecah pada bulan Oktober. “Jumlah tank operasional di korps tidak cukup untuk kebutuhan perang dan untuk melakukan eksperimen penempatan perempuan,” tulis IDF dalam tanggapannya di pengadilan.

Dalam tanggapan kemarin, IDF juga mengakui kehilangan sejumlah besar personel. “Kami berupaya meningkatkan persenjataan. IDF telah merekrut sejumlah besar tentara untuk menggantikan tentara yang hilang dan tidak dapat mengalokasikan tenaga untuk eksperimen semacam itu sementara perang terus berlanjut.”

Sebelum serangan di Gaza, IDF dilaporkan memiliki kekuatan mekanis yang mencakup sekitar 2.500 tank tempur utama dan lebih dari 5.000 pengangkut personel lapis baja. Artinya, jumlah tank yang dihancurkan pejuang Palestina di Gaza tergolong signifikan jika sampai mengakibatkan kekurangan kendaraan tempur.

Pada Desember lalu, pejuang Hamas mengeklaim telah menghancurkan seluruhnya atau sebagian setidaknya 410 unit peralatan militer Israel di Jalur Gaza. “Telah didokumentasikan bahwa sejak dimulainya agresi di Jalur Gaza, lebih dari 410 unit peralatan militer Zionis telah hancur seluruhnya atau sebagian, puluhan tentara dan perwira tentara pendudukan serta komandan brigade tewas,” kata anggota biro politik Hamas Osama Hamdan dalam sebuah pernyataan di Telegram.

Sedangkan pada Februari lalu, Brigade Al-Qassam, sayap Hamas, mengumumkan bahwa para pejuangnya telah menghancurkan lebih dari 1.108 kendaraan tempur Israel sejak awal perang. “Kendaraan Zionis yang dihancurkan termasuk 962 tank, 55 pengangkut personel, 74 buldoser, tiga ekskavator, dan 14 kendaraan militer.”

Pernyataan itu menambahkan, menargetkan kendaraan Zionis dalam perang mengakibatkan terbunuhnya dan terlukanya sejumlah besar perwira, tentara, dan tentara bayaran musuh. 

Dalam berbagai video yang disiarkan Brigade al-Qassam ada sejumlah cara mereka gunakan untuk menghancurkan tank Israel. Yang paling kerap adalah tembakan menggunakan rudal antilapis baja Yassin 105 yang terbukti ampuh melawan Merkava, tank paling canggih milik Israel.

Selain itu, ada juga rekaman pejuang Palestina meletakkan langsung peledak di tubuh tank. Belakangan, dalam pertempuran di Shujaiya dan Rafah, tank-tank Israel kerap dihancurkan dengan bom rakitan yang disembunyikan di jalur lintasan tank.

Business Insider sebelumnya menganalisis, rekaman drone kecil Hamas yang dilengkapi bom yang membakar Merkava senilai 4 juta dolar AS pada Oktober menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas tank tempur utama, seperti halnya foto-foto dari gurun Sinai, atau gambar tank yang hancur di masa lalu.

Apakah tank sama rentannya dengan 50 tahun lalu? Atau apakah kendaraan lapis baja Israel menderita karena kesalahan taktis dan bukan kesalahan teknis?

“Beberapa tank tidak siap tempur karena awaknya sedang berlibur,” kata sejarawan militer dan blogger Israel Oleg Granovsky kepada Business Insider. “Pada beberapa tank, senapan mesin telah dilepas dari atap menara untuk mencegah pencurian.”

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement