Selasa 16 Jul 2024 15:46 WIB

Iblis Oleskan Ini pada Mulut Tukang Gibah

Menurut Imam Ghazali, iblis berbuat sesuatu pada orang yang senang gibah.

Ilustrasi ghibah
Foto: pxhere
Ilustrasi ghibah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang sahabat pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Apa itu gibah, ya Rasulullah?” Beliau pun menjelaskan, “Gibah itu menceritakan tentang saudaramu dengan sesuatu yang tidak disukainya.”

Sahabat itu bertanya lagi, “Bagaimana jika apa yang kuceritakan itu benar-benar terjadi pada saudaraku itu?”

Baca Juga

Rasulullah SAW menjawab, “Jika apa yang engkau ceritakan itu benar-benar terjadi, berarti engkau telah melakukan gibah terhadapnya. Namun, jika apa yang engkau ceritakan tidak terjadi, berarti engkau telah berbohong tentangnya."

Berdasar pada hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa gibah berarti menceritakan keadaan yang terjadi pada orang lain yang jika terdengar oleh yang bersangkutan pasti ia tidak akan menyukainya. Tak peduli apakah hal-hal yang diceritakan itu benar adanya.

Anehnya, para pelaku gibah seakan-akan menikmati perbuatan buruk itu. Hal ini mungkin tak mengherankan. Sebab, iblis senantiasa menggoda manusia melalui berbagai cara.

Imam al-Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub menjelaskan, iblis melumuri bibir orang-orang yang senang berbuat gibah dengan madu. Tujuannya agar mereka itu selalu merasa “manis” saat membicarakan dan menyebarkan aib orang lain.

Dikisahkan, dalam sebuah perjalanan, Nabi Isa AS pernah bertemu dengan Iblis yang sedang membawa madu di salah satu tangannya dan membawa abu di tangan lainnya.

Nabi Isa pun bertanya, “Apa yang akan engkau lakukan dengan madu dan pasir itu, wahai musuh Allah?”

Iblis menjawab, “Madu ini akan kuoleskan pada bibir para ahli gibah agar mereka merasa manis dan semakin giat bergunjing. Sementara, abu ini kubalurkan pada wajah anak-anak yatim sehingga orang merasa benci melihat pada mereka.”

Ancaman

Gibah, yakni membicarakan aib, keburukan, atau rahasia orang lain, termasuk di antara perbuatan-perbuatan tercela yang harus dihindari agar selamat di dunia dan akhirat. Allah SWT telah berfirman dalam Alquran surah al-Hujurat ayat ke-12 tentang orang yang gibah. Mereka yang bergunjing sama saja sedang memakan bangkai saudara sendiri.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang."

Rasulullah SAW bersabda, "Setiap Muslim dengan Muslim lainnya adalah haram darahnya, haram hartanya, dan haram kehormatannya" (HR Muslim).

Dalam kitab Mukasyafatul Qulub, Imam Ghazali menjelaskan, gibah lebih dahsyat daripada dosa zina. Orang yang berzina akan diampuni Allah SWT bila bersungguh-sungguh bertobat. Adapun orang yang bergunjing tidak akan mendapatkan ampunan Allah sebelum dia mendapatkan maaf dari orang lain yang dibicarakan aibnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement