REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyebut nama Karbala akan terlintas dalam benak tentang sebuah peristiwa yang sangat menyayat hati dan tragis dalam sejarah kehidupan umat Islam. Betapa tidak, salah seorang cucu Rasulullah SAW, yakni Husain bin Ali bin Abu Thalib, tewas terbunuh di wilayah ini. Bahkan dalam beberapa riwayat disebutkan, kepalanya sampai terpisah dari badannya.
Peristiwa itu telah terjadi lebih dari 1.300 tahun silam, tepatnya tanggal 10 Muharram 61 H, atau 680 M. Husain oleh kelompok Syiah dianggap sebagai Imam ketiga. Aliran inimendaku sangat mencintai keluarga Rasulullah SAW. Dari wafatnya Husain inilah, awal mula diselenggarakannya peringatan Hari Asyura (10 Muharram) versi mereka.
Ibnu Katsir dalam kitabnya Al-Bidayah wa an-Nihayah mengungkapkan, selama pemerintahan Mu’izz Al-Daulah dari Dinasti Buwaihiyah yang berhaluan Syiah, peringatan Asyura diselenggarakan di Baghdad (Irak). Pada peringatan itu, semua aktivitas perdagangan dihentikan. Seluruh penduduk berkeliling kota sembari menangis, meratap, dan memukul kepala. Mereka berkeliling dengan menggenakan pakaian hitam. Bahkan, kaum perempuannya diharuskan berpenampilan kusut.
Mengenal Karbala