Selasa 16 Jul 2024 16:33 WIB

Buya Anwar Buka Suara Soal Lima Anak Bangsa Indonesia Temui Presiden Israel

Lima anak bangsa menemui Presiden Israel.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Lima pemuda yang mendaku sebagai intelektual Nahdliyin menyambangi Israel.
Foto: Dok. Istimewa
Lima pemuda yang mendaku sebagai intelektual Nahdliyin menyambangi Israel.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Buya Anwar Abbas menyoroti anak-anak bangsa Indonesia yang berkunjung ke Israel bertemu Presiden Isaac Herzog. Buya Anwar mengatakan bahwa mereka bagaikan mimpi di siang bolong karena sekarang ini sudah lebih dari 146 negara yang mendukung kemerdekaan Palestina tapi Israel tidak mau memberikan kemerdekaan.

Buya Anwar mengatakan, bangsa Indonesia telah mengalami pahit getirnya dijajah oleh Belanda dan Jepang. Oleh karena itu bangsa Indonesia tidak mau ada satu suku bangsa pun di dunia ini yang mengalami hal yang sama. 

Baca Juga

"Dalam pandangan bangsa Indonesia yang namanya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa," kata Buya Anwar melalui pesan tertulis yang diterima Republika, Selasa (16/7/2024).

Buya Anwar mengatakan, oleh karena itu dalam mukadimah UUD 1945 para pendiri bangsa ini telah menjelaskan dengan tegas bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Karena tidak sesuai dengan nilai-nilai perikemanusiaan dan perikeadilan.

Itulah sebabnya mengapa sampai hari ini negara Republik Indonesia tidak membuka hubungan diplomatik dengan israel. Karena negara tersebut telah menjajah dan tidak mau memberikan kemerdekaan kepada rakyat dan bangsa Palestina. 

"Bahkan Israel tidak hanya sekedar ingin menjajah tapi juga telah melakukan tindakan-tindakan yang terbilang sangat-sangat biadab dengan melakukan tindakan genosida atau membunuh, sudah lebih dari 36.050 orang di Gaza sejak Oktober tahun lalu dan melukai setidaknya 81.026 orang akibat serangan yang mereka lakukan ke daerah Palestina tersebut," ujar Buya Anwar.

Buya Anwar mengungkapkan, keadaan semakin mengenaskan lagi karena kebanyakan dari mereka yang wafat dan terluka tersebut adalah kaum perempuan dan anak-anak. 

"Oleh karena itu jika ada dari anak-anak bangsa (Indonesia) ini yang bermesraan dengan Israel padahal negara zionis tersebut kita tahu telah berbuat zalim dan aniaya terhadap rakyat Palestina maka hal demikian merupakan pertanda bahwa mereka sudah tidak punya hati nurani dan tidak punya rasa perikeadilan serta perikemanusiaan," ujarnya.

Buya Anwar mengatakan, mungkin saja mereka beralasan melakukan hal tersebut karena mereka  ingin merubah sikap Israel. Menurut Buya Anwar, rasa-rasanya hal itu bagaikan mimpi di siang bolong karena sekarang ini sudah lebih dari 146 negara yang mendukung kemerdekaan Palestina termasuk beberapa negara dari eropa barat yang selama ini merupakan sekutu Israel seperti Spanyol, Inggris dan Prancis serta lainnya sudah meminta Israel untuk mengakui kemerdekaan Palestina.

Namun Israel tetap bersikukuh dan tidak mau memberikannya. Ini pertanda bahwa Israel memang  punya niat jahat untuk terus menduduki dan menjajah Palestina, bahkan kalau bisa mereka akan mendirikan sebuah negara baru yang disebut dengan Israel raya yang meliputi beberapa negara yang ada disekitarnya. 

"Jadi berdasarkan hal demikian kita memang sangat menyesalkan ada oknum-oknum dari anak-anak bangsa ini yang berbuat di luar batas dengan menentang dan melecehkan konstitusi padahal mukadimah dari UUD 1945 itu seperti kita ketahui bersama merupakan jati diri kita sebagai bangsa," kata Buya Anwar.

Buya Anwar menegaskan, jika jati diri sebagai bangsa sudah terkoyak maka untuk menjahit dan menyatukannya kembali jelas tidak mudah. Untuk itu, berharap agar semua pihak menghormati dan menjunjung tinggi konstitusi supaya semuanya sebagai bangsa Indonesia tetap bersatu dan negara yang sama-sama dicintai ini bisa maju.

Sebelumnya, diberitakan sejumlah intelektual muda Nahdliyin diam-diam berkunjung ke negara Israel yang sedang menjajah dan melakukan genosida terhadap Palestina. Menanggapi hal itu, PBNU menegaskan mereka tidak mewakili PBNU dan PBNU tidak mengetahui agenda tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement