Rabu 17 Jul 2024 11:49 WIB

Viral Video Gerebek Kamar Kos Super Berantakan, Penyewa Idap Hoarding Disorder?

Seorang ibu kos melakukan sidak kamar kos yang super berantakan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang mengalami hoarding disorder (ilustrasi). Hoarding disorder merupakan perilaku gemar menimbun sampah.
Foto: www.freepik.com
Seorang mengalami hoarding disorder (ilustrasi). Hoarding disorder merupakan perilaku gemar menimbun sampah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Viral di media sosial sebuah video memperlihatkan seorang pemilik indekos saat menyidak kamar kos yang penuh dengan sampah dan barang berserakan. Dalam sebuah video yang diunggah di TikTok @sizkavizar, terlihat seorang ibu mengetuk sebuah kamar indekos. 

"Baunya udah bikin mual, harus maskeran," tulis keterangan di video tersebut. 

Baca Juga

Dari video yang tertera berlokasi di Bekasi, Jawa Barat, itu, terlihat barang-barang berserakan di kasur dan lantai. Saking bertumpuknya barang, sehingga menyulitkan untuk berjalan. 

Sang ibu kos pun memutuskan untuk mengusir penyewa kos. "Mau kapan kamu beresin, yang jelas pagi kamu udah nggak di sini," kata ibu kos.

Banyak warganet menduga bahwa penyewa kos tersebut mengidap hoarding disorder. Melihat kondisi kamar yang super berantakan, mungkinkah penyewa kost mengidap hoarding disorder? 

Apa itu hoarding disorder?Dilansir Cleveland Clinic, Rabu (17/7/2024), hoarding disorder adalah kondisi penyakit mental di mana seseorang merasakan kebutuhan yang kuat untuk menimbun sejumlah besar barang baik yang bernilai atau tidak, dan merasa sulit untuk menyingkirkan barang-barang tersebut. Hoarding disorder diklasifikasikan pada sebagai kondisi yang terisolasi, dalam spektrum gangguan obsesif-kompulsif (OCD).

Barang-barang yang biasa ditimbun termasuk koran, majalah, barang-barang rumah tangga, dan pakaian. Terkadang, orang dengan hoarding disorder menimbun sejumlah besar hewan, yang sering kali tidak dirawat dengan baik.

Apa bedanya hoarding disorder dengan kolektor?

Menimbun barang dan mengoleksi barang adalah perilaku yang berbeda. Mengoleksi biasanya melibatkan penyimpanan jenis barang tertentu, seperti buku komik, mata uang, atau perangko. Individu akan memilih barang-barang ini dengan hati-hati dan biasanya mengaturnya dengan cara tertentu. Mengoleksi barang dengan cara ini tidak berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, hoarding disorder tidak melibatkan pengorganisasian barang dengan cara yang membuatnya mudah diakses atau digunakan. Orang dengan hoarding disorder sering kali menimbun barang-barang yang tidak memiliki nilai dan bahkan menimbun sampah. Penimbunan ini juga berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari mereka.

Menurut American Psychiatric Association, dua dari 50 orang populasi di dunia mengidap hoarding disorder. Artinya sekitar 2 persen dari populasi dunia mengidap penyakit ini. Namun 66 persen dari penderita tidak menyadari tingkat keseriusan masalah dari hoarding disorder.

Siapa saja yang bisa terkena hoarding disorder?

Hoarding disorder sering dimulai pada masa remaja dan secara bertahap memburuk seiring bertambahnya usia, sehingga menyebabkan masalah yang signifikan pada pertengahan usia 30-an, demikian merujuk Cleveland Clinic. Hoarding disorder lebih mungkin memengaruhi orang berusia di atas 60 tahun dan orang-orang dengan kondisi kesehatan mental lainnya, terutama kecemasan dan depresi.

Apa saja gejala-gejala gangguan hoarding disorder?

Beberapa orang dengan hoarding disorder menyadari bahwa perilaku mereka yang berhubungan dengan penimbunan adalah masalah, tetapi banyak juga yang tidak menyadarinya. Dalam banyak kasus, peristiwa yang membuat stres atau traumatis, seperti perceraian atau kematian orang yang dicintai, dikaitkan dengan timbulnya hoarding disorder.

Orang dengan hoarding disorder merasakan kebutuhan yang kuat untuk menyimpan barang-barang mereka. Gejala lainnya meliputi, ketidakmampuan untuk menyingkirkan barang-barang; mengalami stres yang ekstrem ketika mencoba membuang barang; kecemasan akan membutuhkan barang di masa depan; ketidakpastian tentang di mana harus meletakkan barang.

Penderita juga merasa tidak terganggu tinggal di ruangan yang berantakan penuh sampah. Mereka juga kerap menarik diri dari teman dan keluarga.

Penyebab hoarding disorder hingga saat ini belum diketahui pasti. Namun, genetika dan fungsi otak tampaknya berperan, demikian seperti dilansir McLean Hospital.

Menurut sebuah artikel tahun 2009 di American Journal of Psychiatry, 50 persen orang dengan hoarding disorder memiliki setidaknya satu orang keluarga yang memiliki kondisi tersebut. Faktanya, banyak orang dengan hoarding disorder tumbuh di rumah yang berantakan. Kekacauan mungkin memberi mereka kenyamanan.

Hoarding disorder untungnya bisa disembuhkan dengan bantuan pakar. Beberapa terapi yang biasanya diberikan antara lain Terapi Perilaku Kognitif (CBT) yang berfokus pada penanganan pikiran dan emosi, terapi Motivational Interviewing (MI), Terapi Keluarga, hingga obat yang diresepkan.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement