Kamis 18 Jul 2024 10:37 WIB

Ketua COP29: Dana Bantuan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Tahun ini total angka kematian akibat gelombang panas di India mencapai empat digit.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Logo COP29 Azerbaijan
Foto: Azertac
Logo COP29 Azerbaijan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Ekologi Azerbaijan dan ketua Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP29) bulan November mendatang Mukhtar Babayev, mengatakan bantuan keuangan perubahan iklim dari negara kaya untuk negara miskin dan dilanda bencana sangat mendesak. Ia mengatakan bantuan itu menentukan kesuksesan COP29.

"Waktu yang hilang artinya ada nyawa yang hilang, mata pencaharian yang hilang dan planet yang hilang," kata Babayev, Rabu (17/7/2024).

Baca Juga

Di saat yang sama, Pejabat Tinggi Perubahan Iklim PBB Simon Stiell mengajukan permohonan untuk menggencarkan upaya melawan meningkatnya kerugian akibat bencana iklim." Permohonan ini ia disampaikan dari kampung halamannya di Carriacou, Grenada.

"Beryl adalah bukti yang menyakitkan," kata sekretaris eksekutif Badan Perubahan Iklim PBB itu di pemukiman tempat tinggal neneknya yang hancur oleh Badai Beryl.

Ia mengatakan setiap tahunnya dampak perubahan iklim menghancurkan perekonomian keluarga pendapatan kecil dan usaha kecil-menengah. "Bila pemerintah di mana pun tidak bertindak, semua ekonomi dan 8 miliar orang akan dihantam pukulan keras setiap hari," katanya.

Stiell mengatakan Badai Beryl yang intensif dengan cepat, menghancurkan dan merusak 98 persen rumah-rumah di Carriacou. "Kehancuran ini menjadi semakin lumrah bagi ratusan juta orang di seluruh dunia," tambahnya.

Ia mencatat tahun ini total angka kematian akibat gelombang panas di India mencapai empat digit. Kemudian, lebih dari 1.000 orang meninggal dunia saat menjalankan ibadah haji di Arab Saudi dan jutaan orang mengalami pemadaman listrik saat dilanda gelombang panas di Texas. Stiell mengatakan pemanasan global mengancam keamanan nasional semua negara.

Stiell juga mencatat penelitian sainstifik yang mengungkapkan setiap tahunnnya dunia mengalami kerugian 38 triliun dolar AS akibat perubahan iklim. Ia mengatakan bencana alam mengakibatkan negara-negara miskin jatuh dalam jurang utang yang mencegah mereka memberikan pendidikan atau layanan kesehatan memadai.

Dua hal ini yang menjadi inti pembahasan COP29 yang digelar di Baku, Azerbaijan. Dalam suratnya ke pemimpin-pemimpin dunia, Babayev mengatakan tujuan iklim perubahan iklim internasional yang baru untuk memberikan bantuan keuangan dari negara-negara kaya ke negara miskin menjadi intinpertemuan itu dan merupakan masalah paling mendesak.

Pemerintah harus menyepakati tujuan baru untuk meningkatkan dana bantuan perubahan iklim yang dijanjikan negara kaya untuk membantu negara miskin mengurangi karbon mereka. Pada tahun 2009, negara-negara kaya berjanji mulai tahun 2020 menggelontorkan 100 miliar dolar AS per tahun tapi janji ini baru terlaksana pada tahun 2022.

Pertemuan pra-COP29 di Bonn, Jerman bulan Juni lalu menunjukkan negara-negara belum menyepakati berapa jumlah dan siapa yang harus berkontribusi dalam dana perubahan iklim internasional.

Dalam pernyataannya, Babayev mengatakan negaranya dapat membantu menjembatani antara yang kaya dan yang miskin. “Tetapi kita semua harus berjalan melewatinya. Bahkan, kita harus mulai berlari,” katanya.

Babayev meminta para kepala negosiator iklim dari berbagai negara untuk datang ke Azerbaijan akhir bulan ini untuk mengadakan retret informal guna mendorong kemajuan pembahasan pendanaan iklim. Ia juga meminta para negosiator veteran dari Denmark dan Mesir untuk memetakan jalan menuju tujuan bantuan keuangan baru yang telah disepakati.

Selain bantuan keuangan untuk dekarbonisasi, pada tahun 2022 negara-negara juga menyepakati dana kerugian dan kerusakan perubahan iklim yang seharusnya mulai berlaku pada tahun 2023.

Dalam kesepakatan ini negara-negara kaya yang membakar lebih banyak bahan bakar fosil yang memerangkap panas, memberikan dana ganti rugi pada negara-negara yang kurang berkembang seperti Grenada yang tidak hanya tidak menggunakan banyak karbon tetapi juga terkena dampak yang tidak proporsional dari bencana yang berkaitan dengan iklim.

Babayev mengatakan target lainnya adalah agar dana ganti-rugi perubahan iklim segera dibayarkan. Ia mengatakan dana ini sangat dibutuhkan dan lama ditunggu. “Satu-satunya jalan keluar dari masalah ini adalah bersama-sama, apa yang terjadi pada rumah nenek saya akibat krisis iklim tidak boleh menjadi hal yang biasa bagi umat manusia. Kita masih bisa mencegahnya,” kata Stiell dari Carriacou.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement