REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Wali Kota Tel Aviv Ron Huldai telah menetapkan status siaga tinggi di kota tersebut setelah serangan drone yang mematikan, lapor surat kabar Israel Haaretz, Jumat.
Media Israel sebelumnya pada Jumat melaporkan bahwa sebuah ledakan terjadi dekat konsulat Amerika Serikat di Tel Aviv. Ledakan tersebut menewaskan satu orang dan melukai tujuh orang lainnya. Angkatan bersenjata Israel kemudian mengatakan bahwa jatuhnya "target udara" merupakan penyebab ledakan di Tel Aviv.
Houthi, kelompok yang bermarkas di Yaman, dilaporkan menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut. Gerakan itu juga berjanji akan mengungkapkan perincian tentang "operasi militer" mereka yang menargetkan kota tersebut. Menurut informasi terbaru, jumlah orang yang mengalami cedera dalam insiden tersebut telah meningkat menjadi sepuluh orang.
Sebelumnya, Kelompok Houthi menyatakan bahwa serangan drone ke Tel Aviv akan jadi awal peningkatan operasi militer Houthi ke Israel. Mereka menekankan bahwa kota-kota lainnya akan jadi sasaran selanjutnya.
Seorang anggota biro politik Houthi, Hazam al-Assad mengatakan kepada outlet berita Lebanon Almayadeen bahwa Israel harus berhati-hati “di semua kota”. Ia menjanjikan bahwa “apa yang akan terjadi lebih besar bagi musuh selama agresi terhadap Gaza dilanjutkan”.
Al-Assad mengatakan Houthi telah memasuki fase strategis baru dalam operasi melawan musuh. Ia menambahkan bahwa ada “integrasi dengan kekuatan front perlawanan di Lebanon, Irak, dan Palestina yang diduduki”.
Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) yang dikendalikan kelompok Houthi pada Jumat mengumumkan keberhasilan serangan pesawat tak berawak yang menargetkan situs penting di Tel Aviv. Serangan itu sebagai kelanjutan dari operasi mereka untuk mendukung Gaza.