REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Di era digital, fenomena stalking dianggap sebagai suatu hal lumrah dan sepele. Namun menurut pakar psikopatologi Universitas Airlangga, Tri Kurniati Ambarini, stalking memiliki kompleksitas psikologis dan konsekuensi yang serius.
Tri mengatakan tindakan stalking disebabkan oleh masalah mental yang serius. Menurut dia, orang yang melakukan stalking (stalker) kemungkinan mengalami kecemasan, depresi, atau isolasi sosial karena perilaku mereka yang tidak diinginkan.
Selain itu, stalker juga mungkin berkaitan dengan gangguan mental. “Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, gangguan kepribadian paranoid, atau gangguan kepribadian antisosial bisa menjadi faktor yang mendorong seseorang menjadi stalker,” kata Tri dalam keterangannya, dikutip Sabtu (20/7/2024).