Sabtu 20 Jul 2024 21:48 WIB

Dokter di Gaza Selamatkan Bayi dari Rahim Ibu yang Terbunuh

Rumah sakit Gaza kekurangan fasilitas dasar.

Red: Friska Yolandha
Bayi-bayi Palestina (ilustrasi). Dokter di Gaza berhasil menyelamatkan bayi dari rahim ibu yang wafat.
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Bayi-bayi Palestina (ilustrasi). Dokter di Gaza berhasil menyelamatkan bayi dari rahim ibu yang wafat.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Rumah Sakit Al Awda di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah pada Sabtu (20/7/2024) menyatakan tim dokter berhasil menyelamatkan bayi dari rahim ibu yang terbunuh. Sejumlah sumber medis menambahkan ambulans dan unit gawat darurat rumah sakit menerima ibu yang sudah meninggal tersebut pada dini hari setelah pesawat tempur Israel menargetkan rumahnya.

Sang ibu yang sedang mengandung sembilan bulan itu pun langsung dipindahkan ke ruang operasi, di mana para dokter mulai melakukan persalinan secara sesar dan berhasil menyelamatkan nyawa si bayi. Bayi tersebut lantas ditempatkan di sebuah inkubator dan dilaporkan dalam kondisi stabil.

Baca Juga

Diketahui bahwa Rumah Sakit Al Awda di Nuseirat merupakan satu-satunya rumah sakit yang menyediakan layanan kebidanan dan ginekologi di Jalur Gaza.

Sebelumnya, Doctors Without Borders mengatakan rumah sakit di Jalur Gaza kekurangan fasilitas dasar yang dapat menyebabkan kematian warga lebih banyak setiap detiknya selama perang masih berlangsung.

Lewat pernyataan Doctors Without Borders menyebutkan bahwa selama sembilan bulan, Jalur Gaza hampir selalu menyaksikan kematian dan trauma psikologis dan tidak ada tempat yang terhindar dari pertumpahan darah.

Organisasi tersebut mencatat bahwa tim medis di Gaza menghadapi tekanan yang amat berat dalam setiap serangan di tengah sistem kesehatan yang kewalahan.

"Tim kami bekerja di seluruh Jalur Gaza untuk memberikan perawatan bantuan hidup dasar bagi mereka yang terluka akibat serangan brutal Israel dan mereka yang juga terpaksa menyelamatkan diri," kata pernyataannya.

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Juli ini menyebutkan bahwa sektor kesehatan di Gaza membutuhkan 80.000 liter bahan bakar setiap harinya dan pasokan terakhir yang tiba di Jalur Gaza pada akhir Juni berjumlah antara 195.000 sampai 200.000 liter.

Laporan itu menegaskan bahwa rumah sakit menghadapi krisis bahan bakar yang dapat mengganggu layanan vital dan menyebabkan korban luka meninggal akibat keterlambatan ambulans.

WHO juga memperingatkan peningkatan krisis layanan medis di Jalur Gaza, terlebih mengingat perintah evakuasi oleh Israel di Kota Gaza, yang menghambat pengobatan para korban luka.

Dikatakan bahwa hanya 13 dari 36 rumah sakit di Gaza yang beroperasi sebagian dan terdapat total 11 rumah sakit darurat di Jalur Gaza, dengan tiga di antaranya terpaksa berhenti sementara dan empat lainnya beroperasi sebagian.

 

Dari tokoh ramai dibicarakan ini, siapa kamu jagokan sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement