Ahad 21 Jul 2024 12:15 WIB

Mengapa Gunung Gede yang Saat Ini 'Membeku' Diciptakan Allah?

Keadaan Gunung Gede di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dilaporkan 'membeku'.

Puncak Gunung Gede
Foto: BTN GN Gede Pangrango
Puncak Gunung Gede

REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR -- Keadaan Gunung Gede di  wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dilaporkan 'membeku' di puncak musim panas pada Juli 2024. Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango  bahkan mencatat suhu mencapai 0 derajat celcius.

Di kawasan alun-alun Suryakancana, dilaporkan membeku akibat suhu udara yang menurun tajam terutama pagi hari. Pendaki harus berhati-hati dan mengenakan perlengkapan sesuai standar agar tidak mengalami hipotermia.

Baca Juga

Sementara membekunya kawasan Alun-alun Surakancana Gunung Gede, sempat dibagikan sejumlah pendaki di akun media sosialnya seperti yang disiarkan pendaki asal Bogor Muhammad Fikri. Dia menyebut saat pagi dan malam hari tenda yang ditempatinya diselimuti es.

Bahkan saat pagi hari, ungkap dia, rerumputan di kawasan tersebut dipenuhi embun yang membeku akibat suhu udara yang turun drastis sedangkan pada malam hari suhu lebih dingin sehingga dia dan sejumlah rekannya terpaksa menggunakan jaket rangkap dua.

"Biasanya tidak sedingin ini, saat malam hari lebih dingin, ketika pagi di atas tenda tertutup es termasuk di rerumputan, es tersebut baru mencair menjelang siang," katanya.

Terlepas dari kondisi Gunung Gede saat ini,

pernahkah bertanya mengapa Allah menciptakan banyak gunung, termasuk gunung Gede?

Salah satu kuasa Allah yang nampak oleh makhluk-Nya adalah wujud alam semesta. Seperti Allah menciptakan gunung-gunung beserta maksud dan tujuan tertentu sebagai bagian dari ciptaan-Nya.

Mengenai diciptakannya gunung-gunung, Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat An Nahl ayat 15, “Wa alqa fil-ardhi rawaasiya an tamida bikum wa anhaara wa subulan la’allakum tahtadun.”

Yang artinya, “Dan Dia mencampakkan di bumi gunung-gunung supaya ia tidak goncang bersama kamu; dan sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.”

Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al Mishbah menjelaskan, dalam ayat-ayat sebelumnya dalam Surat An Nahl ini diuraikan tentang ciptaan dan anugerah-Nya yang terpendam. Sedangkan dalam ayat tersebut, diuraikan ciptaan dan nikmat-Nya yang menonjol dan menjulang ke atas dengan menyatakan; “Dan Dia mencampakkan di permukaan bumi gunung-gunung” yang sangat kokoh tertancap.

Gunanya adalah agar ia, yakni bumi, tempat hunian manusia dan segala makhluk tidak guncang bersama. Kendati ia lonjong dan terus berputar, dan Dia menciptakan juga sungai-sungai yang dialiri air yang dapat digunakan untuk minum, dan selanjutnya di bumi itu Allah menjadikan juga jalan-jalan yang terhampar agar manusia mendapat petunjuk lahiriah menuju arah yang dikehendaki dan petunjuk batiniah menuju pengakuan keesaan dan kekuasaan Allah SWT.

Kata “Alqa”mencampakkan di bumi, yakni melempar ke arahnya, memberi kesan bahwa kehadiran gunung, sungai dan jalan-jalan, terjadi sesudah penciptaan bumi. Dan karena itu, kata Prof Quraish, ayat ini tidak menggunakan kata “menciptakan gunung-gunung”.

Boleh jadi, Prof Quraish menjelaskan, pencampakan yang dimaksud adalah terjadinya benturan yang besar, atau gempa yang dahsyat, yang mengakibatkan lahirnya gunung-gunung dan sungai-sungai. Ayat ini tidak menjelaskan bagaimana hal tersebut terjadi.

Adapun kata “rawasi” terambil dari kata “ar rasw” atau “ar rusuwwu”, yakni kemantapan pada suatu tempat. Dari sini gunung-gunung, karena ia kekar tidak bergerak dari tempatnya, ditunjuk dengan kata “rawasi” yang merupakan bentuk jamak dari kata “rasin”.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement