REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah Harut dan Marut diceritakan dalam Alquran, tepatnya surah al-Baqarah ayat 102. Artinya, "Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka me ngatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).
Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yakni Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: 'Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.' Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dan istrinya."
Sejumlah ulama menafsirkan ayat di atas. Ada yang berpendapat, Harut dan Marut benar-benar malaikat, tetapi ada pula yang menilai mereka merupakan orang yang sangat saleh seperti malaikat. Bahkan, ada pula yang mengatakan, keduanya merupakan orang jahat yang pura-pura saleh seperti malaikat.
Dalam tafsir Ath-Thabari, para ulama mengatakan, Harut dan Marut adalah malaikat. Mereka turun ke dunia untuk menegakkan hukum di tengah manusia, lalu keduanya mengajarkan sihir kepada orang-orang di Babil, sebuah pusat Babilonia di Mesopotamia (Irak). Konon, kejadiannya berlangsung pada masa raja Nebukadnezar.
Banyak versi
Cerita Harut dan Marut memiliki beragam versi. Salah satu yang terkenal, yakni keduanya merupakan malaikat yang diutus Allah turun ke Kota Babil.
Ketika itu, raja Nebukadnezar baru saja menyerang kaum Yahudi dan menawan banyak orang dari mereka. Sementara itu, beberapa Yahudi sudah mahir mempraktikkan sihir.
Sesampainya di Kota Babil, tawanan-tawanan Yahudi yang penyihir itu lalu menebar ketakutan. Masyarakat lokal pun dibuatnya ketakutan. Salah satu akibat sihir itu adalah, maraknya perceraian suami istri.
Harut dan Marut lalu diturunkan oleh Allah ke bumi. Keduanya lalu mengajarkan apa itu sihir kepada warga Babil. Hanya saja, tujuannya bukan untuk mereka mempraktikkan sihir dan berbuat jahat, melainkan hanya untuk menjelaskan hakikat sihir.
Harut dan Marut juga mengingatkan orang-orang Babil supaya tidak menyalahgunakan pengetahuan sihir yang dipelajari mereka. "Sesungguhnya kami hanya cobaan bagimu. Maka, sebab itu janganlah kamu kafir," kata keduanya.
Mereka turut mengajarkan warga Babil cara menghilangkan lingkaran besar sihir buatan para penyihir Yahudi. Setelah tugas selesai, Harut dan Marut kembali ke langit.
Namun, warga Babil malah tidak mengikuti peringatan para malaikat tersebut. Mereka justru merusak dengan ilmu sihir yang diajarkan. Sampai akhirnya, Kota Babil semakin berantakan.