Senin 22 Jul 2024 20:08 WIB

Emas dan CPO Juga pada Gilirannya Diprospek dalam Simbara

Simbara terus diperluas seiring dengan manfaatnya yang signifikan terhadap penerimaan

Rep: Eva Rianti/ Red: Friska Yolandha
Launching dan Sosialisasi Implementasi Komoditas Nikel dan Timah melalui Simbara di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta Pusat, Senin (22/7/2024). Eva Rianti
Foto: Republika/Eva Rianti
Launching dan Sosialisasi Implementasi Komoditas Nikel dan Timah melalui Simbara di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta Pusat, Senin (22/7/2024). Eva Rianti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sistem Informasi Mineral dan Batubara Kementerian/ Lembaga (Simbara) dipastikan akan dikembangkan oleh sejumlah kementerian terkait. Setelah Simbara dirilis pada 2022 lalu dan kini dikembangkan untuk komoditas nikel dan timah, ke depannya akan dimasukkan pula beberapa komoditas lainnya, seperti emas dan crude palm oil (CPO).

Hal itu disampaikan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam acara ‘Launching dan Sosialisasi Implementasi Komoditas Nikel dan Timah melalui Simbara’ di Kompleks Kemenkeu, Senin (22/7/2024). Acara tersebut turut dihadiri oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

Baca Juga

“Pada 2022 kita sudah launching mineral dan batu bara, dan hari ini launching kedua dimana Simbara diperluas untuk komoditas nikel dan timah. Jadinya Simbanimah (singkatan). Nanti tambah tembaga, emas, kelapa sawit, panjang sekali (singkatannya),” ujar Sri sambil berseloroh.

Sri menuturkan, Simbara terus diperluas seiring dengan manfaatnya yang signifikan terhadap penerimaan negara. Ia mengungkapkan, negara memperoleh pendapatan dari manfaat yang dihasilkan daripada Simbara yang berjalan sekitar dua tahun terakhir ini.

Menurut catatannya, terdapat penerimaan negara dari pencegahan atas modus ilegal mining sebesar Rp3,47 triliun, dan tambahan penerimaan negara yang bersumber dari data analitik dan risk profiling dari para pelaku usaha sebesar Rp 2,53 triliun. Serta hasil penerapan automatic blocking system yang juga merupakan bagian dari Simbara senilai Rp 1,1 triliun.

Lantas, dari komoditas nikel dan timah dalam Simbara diprediksi berpotensi bisa memberikan royalti bagi negara setidak-tidaknya mencapai hingga Rp 10 triliun. Hal itu seiring dengan potensi yang besar pada kedua komoditas tersebut di mata dunia.

Indonesia diketahui merupakan salah satu produsen nikel dan timah terbesar di dunia. Cadangan nikel di Indonesia mencapai 21 juta ton, atau 24 persen dari total cadangan nikel dunia. Sedangan cadangan timah Indonesia mencapai 800 ribu atau 23 persen dari cadangan dunia, dan menempatkan peringkat kedua dunia.

Pada 2023, volume produksi nikel Indonesia mencapai 1,8 juta metrik ton, menempati tingkat pertama di dunia dengan kontribusi 50 persen dari total produksi timah nikel dunia. Adapun volume produksi timah mencapai 78 ribu ton menempati peringkat kedua dunia dengan kontribusi 22 persen dari total timah dunia.

“Di tahun-tahun yang akan datang kita akan terus mengembangkan dan memperbaiki Simbara termasuk untuk komoditas lainnya seperti bauksit, emas, dan tembaga,” kata Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Isa Rachmawatarwata dalam kesempatan yang sama.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement