REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya manusia untuk terbang menjelajahi langit dan angkasa sudah ada sejak lama. Namun di masa modern, diakui manusia pertama yang benar-benar 'terbang' adalah Wright Bersaudara pada awal abad 20.
Mereka diakui secara umum atas desain dan perancangan pesawat efektif pertama. Mereka membuat penerbangan terkendali pertama menggunakan pesawat terbang
Perkembangan ilmu pengetahuan menjelajah langit terus berlanjut. Pada 1960, Yuri Gagarin, seorang kosmonot Uni Sovyet tercatat menjadi manusia pertama yang melakukan perjalanan ke luar angkasa melalui kapsulnya, Vostok 1 yang menyelesaikan satu orbit Bumi pada 12 April 1960.
Namun jauh sebelum itu, sejarah mencatat ada banyak ilmuwan muslim yang berjasa dalam bidang astronomi dan penerbangan seperti Ibnu Yunus, Al-Biruni, Al-Farghani hingga Al-Battani.
Ada juga Abbas Ibn Firnas, seorang intelektual dan ilmuwan Muslim asal Qutuba Al-Andalus (Cordoba, Spanyol). Abbas Ibn Firnas merupakan ahli beberapa cabang ilmu, seperti matematika, fisika, astronomi, dan aerodinamika. Pada 875 Masehi, ia menciptakan sebuah pesawat kayu sederhana, kemudian menerbangkannya dengan dia sebagai pengendali atau pilotnya
Pada abad ke-9, para ahli astronomi Muslim berhasil membangun observatorium pertama di Kota Baghdad. Di bawah dukungan para penguasa, observatorium yang lebih besar dan lengkap bermunculan di Istanbul, Maragha, dan Samarkand. Di sebagian besar observatorium, terdapat banyak instrumen khusus seperti sekstan kuadran.
Mengapa para ilmuwan Muslim di masa lalu banyak yang meneliti masalah astronomi dan penerbangan? Ini karena ada anjuran agama agar manusia mempelajari ilmu pengetahuan dan ditantang untuk menjelajah langit.
Islam sangat menganjurkan penjelajahan ke seluruh penjuru langit dan bumi, seperti tantangan Allah dalam firman-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْاۗ لَا تَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطٰنٍۚ
Yā ma‘syaral-jinni wal-insi inistaṭa‘tum an tanfużū min aqṭāris-samāwāti wal-arḍi fanfużū, lā tanfużūna illā bisulṭān(in).
Wahai segenap jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya, kecuali dengan kekuatan (dari Allah). (QS Ar-Rahman Ayat 33)
Namun patut diingat bahwa inti segala penjelajahan manusia ke seluruh penjuru langit dan bumi bukan semata untuk memahami dan kemudian terkesima. Demikian dijelaskan dalam buku Tafsir Ilmi tentang Gunung Dalam Perspektif Alquran dan Sains.
Dengan menjelajahi langit dan bumi, harus lebih dari sekadar mengagumi ketertataan alam bekerja, lebih jauh dari itu yakni ketertundukan total kepada Sang Pencipta, seperti firman Allah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Wa mā khalaqtul-jinna wal-insa illā liya‘budūn(i).
Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. (QS Az-Zariyat Ayat 56)
Allah SWT juga memuji orang-orang yang selalu ingat kepada-Nya dan mau memikirkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di jagat raya untuk kemudian meyakini keagungan-Nya. Mereka itulah orang yang diberi gelar agung, ulul-albab, yakni orang-orang yang berakal.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (QS Ali Imran Ayat 190)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka. (QS Ali Imran Ayat 190)