Rabu 24 Jul 2024 14:14 WIB

AS Diprediksi Gagal Capai Target Iklim 

Penurunan emisi yang tajam diperkirakan terjadi antara tahun 2023 dan 2035.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Sebuah kendaraan terendam banjir di jalan raya Houston, Texas, Amerika Serikat pada Senin (8/7/2024).
Foto: AP Photo/Maria Lysaker
Sebuah kendaraan terendam banjir di jalan raya Houston, Texas, Amerika Serikat pada Senin (8/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Lembaga penelitian independen Rhodium Group mengungkapkan Amerika Serikat (AS) belum berada di jalur yang benar untuk memenuhi janji emisinya sesuai target Perjanjian Paris. Target iklim AS diprediksi tak tercapai walaupun pemerintahan Presiden Joe Biden memberikan banyak subsidi hijau dan memberlakukan banyak peraturan ramah lingkungan yang baru. 

AS yang secara historis penghasil polusi terbesar di dunia memangkas banyak emisinya di bawah pemerintahan Biden. Tapi menurut Rhodium belum cukup untuk memenuhi janji memangkas 50 persen emisinya dibanding tingkat 2005 pada akhir dekade ini. 

Baca Juga

Dikutip dari Financial Times, Selasa (23/7/2024), Rhodium mengatakan kemungkinan pada tahun 2030 mendatang AS baru memangkas 32 sampai 43 persen emisinya dibanding tingkat 2005. Kemudian dipercepat hingga mencapai 38 sampai 55 persen pada tahun 2035.  

Laporan sebelumnya menyebutkan langkah-langkah Biden dapat memangkas emisi 37 sampai 42 persen pada tahun 2030. Kalkulasi ini memasukan investasi energi bersih sebesar 71 miliar dolar AS pada tiga bulan pertama 2024, naik 40 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023. 

Direktur praktik iklim dan energi Rhodium Ben King mengatakan dorongan energi bersih pemerintah AS merupakan langkah perubahan.

“Namun tidak akan memberi kita 50 persen pada tahun 2030, itu tidak membawa kami ke jalur jangka-panjang menuju dekarbonisasi," katanya.

Rhodium mempertimbangkan pencapaian legislatif dan pembuatan peraturan yang ditandatangani pemerintah. Pembuatan peraturan perubahan iklim sebelum-sebelumnya menunjukkan sulitnya memangkas emisi dengan cukup cepat untuk membatasi pemanasan global tidak lebih dari 1,5 derajat Celsius, seperti yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015. Kenaikan suhu rata-rata global sudah mencapai 1,1 derajat Celsius sejak zaman pra-industri.

Jika Donald Trump memenangkan pemilihan presiden pada bulan November, ia diperkirakan akan meninggalkan perjanjian perubahan iklim PBB seperti yang ia lakukan selama masa kepresidenannya pada tahun 2017.

Proyeksi Rhodium memasukan dampak subsidi energi bersih senilai 369 miliar dolar AS, yang termasuk dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi yang penting. Serta serangkaian peraturan terbaru dari regulator lingkungan AS yang dirancang untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik dan knalpot mobil. 

Kisaran perkiraan pengurangan emisi dibuat dengan membuat tiga skenario yang dimulai dengan asumsi yang berbeda tentang biaya energi bersih dan bahan bakar fosil, laju penyebaran energi bersih, dan pertumbuhan ekonomi AS.

Penurunan emisi yang tajam diperkirakan terjadi antara tahun 2023 dan 2035, termasuk dari sektor tenaga listrik, hingga 83 persen di bawah tingkat emisi tahun 2023 pada tahun 2035, berdasarkan peningkatan penggunaan tenaga angin dan matahari serta penurunan penggunaan batu bara. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement