REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memastikan kondisi likuiditas masih sangat baik. Perseroan mencatat loan to deposit ratio (LDR) sebesar 72,7 persen hingga paruh pertama (H1) atau semester pertama tahun ini.
“BCA termasuk yang cukup likuid sekali, LDR sekitar 72 persen. Artinya, pinjaman yang kami salurkan dibandingkan dengan deposit yang ada itu 72 persen saja. Dibandingkan market, saya kira berada di sekitar 85 persen,” kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers virtual Paparan Kinerja Semester I 2024 di Jakarta, Rabu (24/7/2024).
Rasio LDR BCA itu meningkat 7 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan LDR pada semeter I 2023 yang mencapai 65,7 persen. Pada kuartal I 2024, LDR BCA tercatat 71,2 persen.
Dengan likuiditas yang masih sangat baik, Jahja mengatakan bahwa BCA tidak merasakan adanya pengetatan likuiditas. Pengaruh dari likuiditas, imbuh dia, biasanya tercermin dari suku bunga, terutama suku bunga deposito.
“Kalau kita lihat di pasar, memang terjadi kenaikan-kenaikan suku bunga deposito. Artinya ini pasar sudah semakin ketat. Meskipun yang namanya pasar kan player beda-beda, ada player seperti BCA dan beberapa bank lain yang memang sangat likuid, tapi tentunya ada juga bank-bank yang membutuhkan likuiditas,” kata dia.
Sebagai bank, Jahja menegaskan bahwa BCA menjalankan tugas utama yaitu fungsi intermediasi yang menerima dana masyarakat dan melepaskannya sebagai kredit. Namun apabila suatu saat terdapat kelebihan likuiditas, bank akan mencari penempatan dana sementara, misalnya Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
“Kalau dikatakan, ‘Aduh enak, taruh saja (dana) di surat berharga negara (SBN) atau SRBI, bank sudah profit’. Ya, betul, sih. Tetapi itu bukan message atau tujuan utama bank tentang fungsinya. Kalau suatu saat ada kelebihan likuiditas, masa dianggurin dalam tunai, kan enggak mungkin. Nah kita cari penempatan sementara,” kata Jahja.
Sebelumnya, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 17 Juli lalu, Bank Indonesia (BI) memastikan kondisi likuiditas perbankan pada triwulan II 2024 tetap terjaga dengan baik. Ini tercermin dari Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang masih tercatat tinggi sebesar 25,36 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa AL/DPK secara historis tidak melebihi 15 persen, sehingga posisi AL/DPK saat ini terbilang lebih dari cukup.
Sementara itu, per Mei 2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat AL/DPK perbankan sebesar 25,78 persen dan Alat Likuid terhadap Non Core Deposit (AL/NCD) sebesar 114,58 persen. Adapun LDR perbankan pada Mei 2024 tercatat sebesar 84,80 persen, naik dari yang sebelumnya 82,13 persen pada Mei 2023.