Kamis 25 Jul 2024 15:08 WIB

Hacker Bobol Kementerian Keamanan Israel, Ini Ancaman Mereka demi Selamatkan Gaza

Anonymous mengancam Israel untuk menghentikan perang di Gaza dalam waktu 48 jam.

Seorang pria yang melakukan peretasan dan penipuan di dunia maya dihukum lima tahun penjara/ilustrasi
Foto: Unsplash
Seorang pria yang melakukan peretasan dan penipuan di dunia maya dihukum lima tahun penjara/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah dokumen, termasuk kartu identitas, cek, dan data pribadi, diunggah secara online oleh kelompok peretas Anonymous Justice for Palestine pada Selasa (23/7/2024). Yang mengejutkan, materi tersebut berasal dari sistem yang digunakan oleh Kementerian Keamanan Israel.

Al-Mayadeen melaporkan, kejadian ini merupakan kali kedua setelah dokumen-dokumen kementerian militer dan kehakiman diretas dan dipublikasikan. Kementerian Keamanan Israel belum memberikan komentar atas peristiwa peretasan tersebut.

Baca Juga

Kelompok peretas Anonymous juga mengeluarkan peringatan kepada Israel untuk menghentikan perangnya di Gaza dalam waktu 48 jam. Mereka mengancam akan mempublikasikan informasi rahasia dan file-file sensitif yang dimilikinya dari Kementerian Keamanan Israel, di samping data-data dari Kementerian Kehakiman dari kejadian sebelumnya.

Pada April 2024, NET Hunter, sebuah kelompok siber yang baru saja dibentuk, mengklaim bahwa mereka telah meretas Kementerian Keamanan Israel. Kelompok peretas ini menuntut pembebasan semua tahanan Palestina, atau data yang mereka dapatkan akan dijual kepada negara-negara pro-Palestina. Sebagian dari data tersebut juga diancam akan dibuka kepada seluruh dunia.

 

Sebelum mengunggah video yang menunjukkan peretasan dan beberapa dokumen yang diperoleh, kelompok tersebut mengatakan, “Untuk mendukung Palestina, para eksekutor pengadilan memiliki izin untuk bernegosiasi mengenai pembebasan tahanan Palestina sebagai imbalan atas informasi tersebut,” diikuti dengan gambar yang menunjukkan “Itu adalah keputusan mereka”.

Mereka mengatakan pada saat itu bahwa 500 tahanan Palestina harus dibebaskan, dan mengancam, jika tidak, akan membeberkan semua dokumen yang diperoleh melalui peretasan tersebut, mengekspos negara-negara yang mengaku mendukung slogan-slogan hak asasi manusia, dokumen-dokumen rahasia Kementerian Keamanan Israel, dokumen-dokumen perjanjian kerja sama negara-negara dengan Israel, dan data para perwira senior Israel serta tenaga kerja IDF, di samping informasi-informasi penting lainnya.

Serangan siber terhadap situs-situs Israel merupakan hal yang biasa bagi mereka yang mendukung perjuangan Palestina. Media Israel mengatakan bahwa kelompok peretas “Anonymous Sudan” melakukan serangan siber dengan mengganggu kemampuan badan-badan resmi untuk menerima layanan tahun lalu.

Situs Website Universitas Tel Aviv, perusahaan air Israel Mekorot, dan surat kabar Jerusalem Post diturunkan setelah runtuhnya situs web milik Mossad dan asuransi pemerintah, menurut informasi yang dilaporkan pada saat itu oleh media Israel. Anonymous Sudan juga mengonfirmasi bahwa mereka telah menghapus situs web milik Kan Broadcasting Corporation, Egged, Clalit, dan Discount Bank.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement