Jumat 26 Jul 2024 09:03 WIB

Mengapa Nama 'Bintang' Berbeda-Beda dalam Alquran? Ini Spekulasi Saintifiknya

Masing-masing kata untuk bintang dalam Alquran ada konteksnya sendiri-sendiri.

Galaksi Bima Sakti terlihat dari puncak Tres Mares, di Cantabria, Spanyol utara, awal 13 Agustus 2021. Alquran menyebut banyak nama untuk benda-benda langit.
Foto: EFE
Galaksi Bima Sakti terlihat dari puncak Tres Mares, di Cantabria, Spanyol utara, awal 13 Agustus 2021. Alquran menyebut banyak nama untuk benda-benda langit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Alquran, ada sejumlah kata yang diterjemahkan sebagai bintang-bintang. Apa makna di balik penggunaan kata-kata yang berbeda tersebut? Dr Shaikh Muhammad Yunus, pensiunan fisikawan dari Komisi Energi Atom Bangladesh (BAEC), Bangladesh, menjelaskan bahwa penggunaan kata-kata tersebut ada kaitannya dengan sains modern. Berikut kesimpulannya seperti dilansir di Islamicity.

Najm dan Kawkab

Baca Juga

Kerap kali, dalam terjemahan Alquran, النَّجْم (najm) dan كَوْكَبً (kawkab) diterjemahkan serupa sebagai ‘bintang’. Menurut Shaikh M Yunus, jika seseorang menerjemahkan kalimat bahasa Arab dan mengubah kata كَوْكَبً (kawkab) menjadi ‘bintang’, maka makna kalimat tersebut menjadi rancu. 

Ia mencontohkan, dalam sebagian besar terjemahan, surah al-Infithar ayat 2 yang mengandung kata كَوْكَبً (kawkab) diterjemahkan menjadi “Ketika bintang-bintang bertebaran”. Ayat itu, menurut Yunus lebih tepat jika diterjemahkan menjadi “Ketika planet-planet bertebaran”. Ini mengacu kepada saat planet-planet di Tata Surya maupun tata bintang lainnya ditebarkan.

Menurutnya, sebagian besar terjemahan, surah Yusuf ayat 4 diterjemahkan sebagai, “Ketika Yusuf berkata, ‘Ayah, dalam mimpiku aku melihat 11 bintang, matahari dan bulan sujud di hadapanku’.” Ayat ini sebagian menggambarkan kisah Nabi Yusuf dalam Surat 12 Alquran. Mimpi itu ditafsirkan sebagai tunduknya 11 saudara Yusuf kepadanya.

Manurut Shaikh Yunus menilai kata كَوْكَبً (kawkab) dalam ayat ini lebih tepat jika merujuk pada planet-planet di Tata Surya. Sejauh ini, menurut kesepakatan astronomikal, terdapat delapan planet di Tata Surya. Kendati demikian, ilmuwan-ilmuwan meyakini bahwa ada planet lain di Tata Surya yang belum terdeteksi.

“Memang benar bahwa pada abad ke-7, pada saat turunnya Alquran, masyarakat belum bisa membedakan antara bintang dan planet. Namun sungguh mengecewakan jika kita menemukan terjemahan Alquran abad ke-21 yang tidak bisa membedakan bintang (النَّجْم) dan planet (كَوْكَبً).”

Hubuk

Sebutan lain untuk bintang yang terdapat dalam Alquran adalah الْحُبُكِ (hubuk), seperti dalam surah az-Zarriyat ayat 7. Terminologi yang paling umum digunakan untuk kata Arab الْحُبُكِ (hubuk) adalah 'jalur' atau 'jalan'. Dalam kitab Tafsir (Tafsir), sebagian ulama mengatakan bahwa 'jejak'; mengacu pada jalur yang digunakan para malaikat untuk masuk dan keluar. Ada pula yang berpendapat bahwa jejak atau jalur tersebut adalah orbit planet dan bintang di langit.

Menurut Shaikh Yunus, dengan menganalisis tafsir linguistik, dapat diambil kesimpulan bahwa الْحُبُكِ (hubuk) pastilah benda-benda langit di langit yang tampak seperti garis-garis atau guratan-guratan pada kain tenun dan pada saat yang sama merupakan benda-benda yang tampak indah dan megah yang mampu menarik perhatian. “Dengan gambaran ini jika kita mencari di perbendaharaan ilmu astronomi, akhirnya terungkap bahwa benda-benda langit الْحُبُكِ (hubuk) yang dikutip oleh Allah  dalam ayat 51:7 tidak lain adalah ‘rasi bintang’.”

Buruj

Shaikh Yunus juga menyinggung surah al-Furqan ayat 61. Dalam ayat ini tiga benda astronomi, yakni  بُرُوجً (buruj), سِرَاجً (siraj) dan قَمَرً (qomar). Dalam hampir semua terjemahan ayat ini سِرَاجً (siraj) telah diterjemahkan sebagai lampu yang berarti matahari dan قَمَرً (qomar) telah diterjemahkan sebagai bulan. Namun, di sebagian besar terjemahan tidak ada penggunaan terminologi unik untuk kata بُرُوجً (buruj) yang merupakan bentuk jamak dari بُرجً (burj).

photo
Foto Badan Antariksa Eropa menunjukkan ilustrasi seniman dari satelit Gaia ESA yang sedang mengamati galaksi Bima Sakti. Gambar latar belakang langit dikumpulkan dari data lebih dari 1,8 miliar bintang. - (EPA-EFE/HANDOUT )

Berbagai penerjemah telah mengadopsi berbagai terminologi untuk بُرُوجً (buruj) seperti ‘bintang besar’, ‘rasi bintang’, atau ‘rumah besar bintang-bintang’, ‘bola berbenteng’, dan sebagainya. Namun menurut Yunus, berdasarkan urutan penyebutan dalam ayat tersebut,  بُرُوجً (buruj) tentu lebih besar dari matahari. 

“Sekarang berdasarkan astronomi modern kita mengetahui bahwa benda langit yang lebih besar dari bintang adalah galaksi. Sebuah galaksi sangat besar sehingga berisi miliaran bintang di dalamnya. Jadi, kita dapat dengan mudah berasumsi bahwa benda astronomi terbesar بُرُوجً (buruj) di antara tiga benda yang disebutkan dalam ayat 25:61 adalah galaksi. Oleh karena itu dapat disarankan bahwa dalam penerjemahan Alquran kita harus mengadopsi terminologi galaksi untuk بُرُوجً (buruj) sesuai dengan astronomi modern,” tulis Shaikh Yunus.

Thariq

Kata selanjutnya yang jadi sorotan Shaikh Yunus adalah الطَّارِقِ (thariq) yang tercantum dalam surat at-Thariq ayat 1-3. Dalam buku “A Dictionary of the Holy Quran” karya Abdul Mannan Omar disebutkan bahwa kata الطَّارِقِ (thariq) dapat berarti ‘datang pada malam hari’, ‘memukul’, ‘menyerang’ dan ‘mengetuk’. Kata الثَّاقِبُ (thaqib) pada ayat ketiga mempunyai arti seperti ‘bersinar’, ‘melubangi’, ‘menusuk’ dan ‘menembus’ sebagaimana disebutkan dalam kitab yang sama. 

Kedua rangkaian makna untuk dua kata الطَّارِقِ (thariq) dan الثَّاقِبُ (thaqib) bersama-sama menjadi ciri sebuah bintang (النَّجْمُ). Beberapa deskripsi berdasarkan kombinasi kedua rangkaian makna ini dapat dibuat untuk sebuah bintang yang cocok satu sama lain sehingga memberikan makna yang masuk akal dan logis.

“Namun, deskripsi yang paling tepat untuk dikaitkan dengan sebuah bintang mungkin adalah “Bintang pemukul/pengetuk yang menembus/menembus”. Ini bisa diartikan sebagai bintang yang mengeluarkan suara dentuman atau ketukan dan menembus sesuatu,” tulisnya.

Menurut Shaikh Yunus, ciri-ciri itu sangat dekat dengan pulsar yang merupakan bintang neutron yang berputar sangat cepat dengan pancaran gelombang frekuensi radio yang kuat sehingga menimbulkan suara (ketukan) dan menembus langit hingga bumi. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa bintang yang dijelaskan dalam Alquran 86:1-3 mungkin adalah pulsar sesuai dengan astronomi modern.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement