Jumat 26 Jul 2024 15:59 WIB

Menuju Desa Berkelanjutan, Inisiatif Pengurangan Emisi di Gunungkidul

Desa Berdaya Energi merupakan program penghijauan berbasis keterlibatan masyarakat.

Rep:   Frederikus Bata/ Red: Gita Amanda
Media Gathering PT PLN EPI di Kalurahan Karang Asem, Gunungkidul, pada Kamis (25/6/2024), membahas program Desa Berdaya Energi. Dok: PLN
Foto: PLN
Media Gathering PT PLN EPI di Kalurahan Karang Asem, Gunungkidul, pada Kamis (25/6/2024), membahas program Desa Berdaya Energi. Dok: PLN

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) melaksanakan kegiatan pengembangan Desa Berdaya Energi di Kecamatan Poncong, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Lebih tepatnya di dua kalurahan, yakni Kalurahan Gombang dan Kalurahan Karang Asem. 

Sekretaris Perusahaan PLN EPI Mamit Setiawan menjelaskan Desa Berdaya Energi merupakan program penghijauan yang berbasis keterlibatan masyarakat dalam rangka menurunkan emisi karbon. Terutama di sisi hulu rantai pasok biomassa menuju pencapaian target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060.

Baca Juga

"Kita baru di kelurahan Karangasem dan Gombang karena ini memang pilot project," kata Mamit di Gunungkidul, Yogyakarta, Kamis (26/7/2024).

Ia menerangkan, di dua kelurahan ini ada penghijauan alam dalam bentuk penanaman pohon multi fungsi. Di mana daunnya, dapat digunakan sebagai pakan ternak. Kemudian batangnya sebagai sumber bahan baku biomassa.

Terdapat beberapa jenis tanaman multi fungsi tersebut. Ada gamal, gmelina, kaliandra merah, serta indigofera. Jenis yang disebut terakhir paling banyak dibudidayakan di Gobang dan Karang Asem ini.

"Di sini paling berhasil indigofera. Kelebihan indigofera, setahu saya, selain bisa menjadi pakan ternak, dia bisa menjadi pewarna batik. Cuma kita mengharapkan jangan jadi pewarna batik, cukup jadi pakan ternak aja," ujar Mamit.

Program Desa Berdaya Energi merupakan kolaborasi antara PLN EPI dan Kesultanan Yogyakarta,  serta Pemerintah Kelurahan Setempat. Lalu apa saja hasil yang diharapkan dari program ini? Seperti telah dijelaskan di atas, tujuan utamanya adalah menurunkan emisi karbon.

Lebih dari itu, jika dirincikan, pertama ini  melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam rantai pasokan biomassa. Kedua, program ini bisa berkontribusi pada transisi energi. Ketiga, mengoptimalkan pasokan energi untuk  program co-firing PLTU. Lalu, dampaknya juga berkontribusu memberikan kontribusi pada penyelesaian masalah dan kebutuhan sosial masyarakat.

"Kalau sepengetahuan kami seperti yang disampaikan oleh Pak Lurah Gobang tadi, hanya sebatas untuk penanaman energi biomassa aja. Tapi ternyata itu manfaatnya luar biasa termasuk multi toh, jadi bermacam macam fungsi tanaman itu pertama untuk membantu peternak menyediakan makanan ternak," ujar Lurah Kalurahan Karang Asem, Parimin.

Sebagai pemimpin setempat ia mengapresiasai adanya kegiatan ini. Apalagi daerahnya jadi percontohan. Secara teknis, ini melibatkan masyarakat.

Masyarakat menanam di pekarangan rumah atau di lahan milik Sri Sultan Hamengkubuwono X di Karang Asem dan Gombang itu. Daunnya bisa digunakan untuk makanan ternak, secara khusus kambing jenis etawa. Susu dari kambing tersebut untuk kebutuan warga. Rantingnya dijual ke PLN  pengganti batubara. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement