Ahad 28 Jul 2024 09:22 WIB

Penjajahan Israel di Dataran Tinggi Golan, Begini Sikap Pak Harto dan Gus Dur

Pencaplokan Israel atas Dataran Tinggi Golan adalah batu sandungan perdamaian.

Red: Fitriyan Zamzami
Tentara dari Batalyon Netzah Yehuda, pasukan paling brutal Israel, sedang beroperasi di Dataran Tinggi Golan.
Foto: IDF
Tentara dari Batalyon Netzah Yehuda, pasukan paling brutal Israel, sedang beroperasi di Dataran Tinggi Golan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT – Hantaman rudal di lapangan sepak bola di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel berpotensi memicu perang besar Israel dan Lebanon. Indonesia sejak lama menyerukan penarikan Israel dari wilayah yang dicaplok dari Suriah tersebut.

Dataran Tinggi Golan merupakan dataran tinggi strategis yang berbatasan dengan Lebanon, Israel, dan Yordania. Meskipun diakui secara internasional sebagai bagian dari Suriah, dua pertiga wilayah tersebut telah diduduki oleh Israel sejak wilayah tersebut direbut dalam Perang Enam Hari tahun 1967. Suriah berusaha merebut kembali wilayah tersebut pada 1973, namun gagal. Pasukan pengamat PBB telah mengawasi garis gencatan senjata sejak saat itu.

Baca Juga

Israel telah membangun puluhan pemukiman ilegal di Dataran Tinggi Golan, dan pada 1981, menyatakan bahwa mereka mencaplok wilayah tersebut. Sekitar 20.000 pemukim ilegal Israel kini tinggal di sana, bersama dengan sekitar 20.000 warga Arab Druze. 

Di Golan juga terdapat sekitar puluhan ribu warga Suriah yang selalu menolak ajakan untuk menjadi warga negara Israel. Aljazirah melaporkan bahwa anggota  komunitas ini yang terkena serangan mematikan yang menewaskan 12 orang di lapangan sepak bola pada Sabtu lalu.