REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Gerakan perlawanan Islam asal Lebanon, Hizbullah, mengatakan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa insiden di Kota Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel berkaitan dengan rudal pencegat milik Israel yang jatuh di wilayahnya, menurut portal Axios.
Menurut militer Israel Israel, 12 orang muda dan anak-anak tewas pada Sabtu (27/7) dalam serangan di Dataran Tinggi Golan. Hizbullah membantah keterlibatan dalam serangan itu. Meski demikian, pejabat Israel mulai menyatakan bahwa perang melawan Hizbullah dan Lebanon akan segera terjadi.
Sampai 1967, Dataran Tinggi Golan adalah bagian dari Provinsi Quneitra di Suriah, yang sebagian besar dihuni oleh Druze -- masyarakat etnik Arab. Selama Perang Enam Hari pada 1967, serta perang keempat Arab-Israel pada1973, dua pertiga wilayah strategis ini direbut oleh Israel. Pada 1981, negara Yahudi tersebut secara sepihak menyatakan kedaulatan atas wilayah tersebut. Namun, Dewan Keamanan PBB tidak mengakui keputusan itu, dan menganggap Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Suriah.
Setidaknya 12 orang meninggal dan 19 lainnya terluka dalam serangan roket di lapangan sepak bola di kota Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, pada Sabtu (27/7/2024). Serangan yang dibantah Hizbullah tersebut berpotensi menyulut perang besar Israel-Hizbullah.
Juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan anak-anak termasuk di antara mereka yang terbunuh dan menuduh kelompok Hizbullah dari Lebanon melakukan serangan pada Sabtu tersebut. Kelompok tersebut membantah terlibat. “Intelijen kami jelas. Hizbullah bertanggung jawab atas pembunuhan anak-anak yang tidak bersalah,” kata Hagari dilansir Aljazirah. “Kami akan mempersiapkan respons terhadap Hizbullah… kami akan bertindak,” katanya.
Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengatakan kepada Axios, "serangan Hizbullah melanggar semua garis merah dan tanggapannya akan sesuai." Serangan lintas batas, yang menurut Hizbullah dilancarkan sebagai solidaritas terhadap rakyat Palestina di tengah perang Israel di Gaza, telah menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya konflik regional yang lebih besar.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia akan pulang lebih awal dari perjalanannya ke Amerika Serikat, di mana dia bertemu dengan beberapa pejabat senior AS. “Segera setelah mengetahui bencana di Majdal Shams, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengarahkan agar kepulangannya ke Israel dimajukan secepat mungkin,” kata kantor Netanyahu dalam sebuah postingan di X.
Sejumlah pesawat jet tempur Israel menyerang sedikitnya lima kota dan desa di Lebanon selatan setelah politisi Israel menuduh gerakan Lebanon, Hizbullah, sebagai pelaku serangan maut di Dataran Tinggi Golan, lapor televisi Lebanon Al-Manar pada Ahad.
Hizbullah sendiri membantah bahwa pihaknya terlibat dalam serangan tersebut. Meskipun demikian, pejabat Israel mulai menyatakan bahwa perang melawan Hizbullah dan Lebanon akan segera terjadi.
Menurut laporan Al-Manar, pesawat-pesawat tempur Israel "melancarkan serangan udara di kota Khiam dan Kfarkela di Lebanon selatan," serta ke "daerah-daerah pinggiran kota Aabbasiyyeh dan Borj El Chmali" di distrik Tyre, Lebanon selatan. Selain itu menurut saluran televisi tersebut, Israel menembakkan sebuah peluru kendali ke Desa Tayr Harfa.