REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia sudah menyaksikan aktivitas pertambangan batu bara sejak ribuan tahun silam. Manusia purba menggunakan batu bara sebagai bahan bakar untuk memasak dan menghangatkan diri. Komoditas yang digali dari dalam tanah itu juga dikenal oleh masyarakat peradaban Cina Kuno dan awal Kekaisaran Romawi.
Revolusi Industri, yang bermula di Inggris pada pertengahan abad ke-18 mengubah wajah dunia. Sejak itu, aktivitas pertambangan batu bara menjamur di banyak tempat. Komoditas itu biasa dipakai sebagai bahan bakar mesin uap.
Mesin-mesin uap digunakan dalam berbagai industri sejak abad ke-18 hingga 19. Di antara sektor-sektor yang mengandalkannya adalah industri tekstil, besi, dan transportasi. Britania Raya mengawali penambangan batu bara secara besar-besaran. Itu diikuti oleh negara-negara lain di Eropa dan Amerika Utara.
Pada awal abad ke-20, penambangan batu bara semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi untuk industri dan transportasi. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Rusia menjadi produsen batu bara utama dunia.
Metode penambangan pun berkembang, dari penambangan permukaan hingga penambangan bawah tanah. Meskipun memberikan banyak keuntungan ekonomi, penambangan batu bara juga membawa dampak negatif, seperti kondisi kerja yang berbahaya bagi para penambang dan kerusakan lingkungan.
Memasuki abad ke-21, penggunaan batu bara mulai menurun di beberapa negara karena kesadaran akan dampak lingkungan dan perubahan iklim. Banyak negara mulai beralih ke sumber energi yang lebih bersih, seperti gas alam, tenaga surya, dan tenaga angin.
Namun, batu bara masih tetap menjadi sumber energi utama di beberapa negara berkembang (developing countries) karena biaya yang relatif murah dan ketersediaan yang melimpah.
Menurut data International Energy Agency (IEA), Republik Rakyat Cina (RRC) merupakan negara dengan konsumsi batu bara terbesar di dunia, setidaknya sejak 2011. Sementara itu, dilansir dari Mining, konsumsi batu bara secara global diperkirakan akan terus stabil di sepanjang tahun ini dan mendatang, seiring dengan peningkatan konsumsi listrik di negara-negara ekonomi utama. Hal itu kemungkinan akan mengimbangi perluasan pesat energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin.
Pada 2023, penggunaan batu bara dunia meningkat sebesar 2,6 persen hingga mencapai rekor tertinggi baru sebesar 8,70 miliar ton. Ini didorong oleh pertumbuhan yang kuat di RRC dan India, dua konsumen terbesar secara global, menurut laporan IEA pada Juli 2024.