REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan energi internasional (IEA) mengungkapkan konsumsi batu bara di seluruh dunia diperkirakan tetap stabil tahun ini dan tahun depan. Sebab, permintaan listrik di perekonomian-perekonomian penting akan melampaui kapasitas perluasan energi terbarukan, seperti tenaga angin dan surya.
Berdasarkan Laporan Batu Bara Pertengahan Tahun yang dirilis Juli 2024 oleh IEA mengungkapkan bahwa pemakaian batu bara di seluruh dunia pada tahun 2023 naik 2,6 persen, tertinggi dalam sejarah yakni mencapai 8,70 juta ton. Pertumbuhan terjadi di Cina dan India sebagai konsumen batu bara terbesar di dunia.
Dikutip dari Mining.com, IEA mengatakan meski permintaan batu bara untuk kebutuhan untuk listrik dan industri naik, tapi pertumbuhan ini didorong karena rendahnya produksi listrik tenaga hidro dan melonjaknya permintaan listrik.
IEA mengatakan tren ini tampak akan berlanjut tahun ini. Permintaan batu bara di seluruh diprediksi naik tipis 0,4 persen menjadi 8,74 miliar ton.
Dalam laporan sebelumnya, badan pemantau energi PBB ini memprediksi pada 2024 permintaan batu bara akan turun. Namun hal itu dapat terjadi dengan dua kondisi. Pertama, apabila pembangkit listrik tenaga hidro di Cina pulih setelah negara itu mengalami curah hujan yang rendah dan meredanya lonjakan permintaan listrik di Cina.
“Penyebaran tenaga surya dan angin yang terus meningkat pesat, dikombinasikan dengan pemulihan tenaga air di Cina, memberikan tekanan yang signifikan terhadap penggunaan batubara," kata direktur pasar dan keamanan energi IEA Keisuke Sadamori.
"Tetapi sektor listrik adalah pendorong utama permintaan batubara global, dan konsumsi listrik tumbuh sangat kuat di beberapa negara besar,” tambahnya.
Keisuke mengatakan tanpa pertumbuhan permintaan listrik yang begitu cepat, penggunaan batu bara di seluruh dunia tahun ini akan turun. Menurutnya, tren struktural yang sedang terjadi menunjukkan permintaan batu bara global akan mencapai titik balik dan mulai menurun dalam waktu dekat.
Cina merupakan produsen dan konsumen batu bara terbesar di dunia. Negara itu menyumbang lebih dari separuh konsumsi global dan mengalami peningkatan permintaan listrik pada tahun 2023, tumbuh sebesar 7 persen.
IEA memprediksi tahun ini permintaan batu bara dari Cina juga naik 6,5 persen. Meski sektor pembangkit listrik tenaga hidro negara itu sudah pulih dan menguatnya penyebaran tenaga surya dan angin yang cepat.
India yang merupakan konsumen batu bara global terbesar kedua mengalami pertumbuhan dua digit yakni 10 persen tahun lalu. Tidak seperti di banyak belahan dunia lainnya, di India, pertumbuhan sumber energi terbarukan tidak dapat mengimbangi pertumbuhan permintaan listrik.
Pada paruh pertama tahun ini, konsumsi batu bara India meningkat tajam akibat rendahnya produksi tenaga air dan peningkatan permintaan listrik secara besar-besaran karena gelombang panas yang ekstrem dan pertumbuhan ekonomi yang kuat.