REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA— Ketua PCNU Bangkalan, KH Makki Nasir berpendapat bahwa tantangan Nahdlatul Ulama (NU) di usianya yang lebih satu abad sangat berat.
Namun Kiai Makki yakin tantangan tersebut terasa ringan apabila menata niat dengan baik dalam mengelola NU.
Kiai Makki yang berpengalaman memimpin NU Bangkalan selama sepuluh tahun memahami tantangan NU ke depan.
Menurutnya NU memang harus mengikuti perkembangan zaman. Namun NU juga tidak harus meninggalkan fondasi yang telah dibangun sejak lama oleh para pendahulu.
"Kita tau bahwa Nahdlatul Ulama di abad kedua ini butuh sebuah langkah-langkah yang up-to-date, aktual faktual, kekinian tapi tidak menghilangkan atau membuang konsep dasar, tidak meninggalkan pondasi yang telah dibangun di Nahdlatul Ulama," ujar Kiai Makki, dalam keterangannya kepada media di Surabaya, Senin (29/7/2024).
Lebih lanjut, Kiai Makki mengatakan membangun persatuan dan kesatuan dalam menjalankan roda organisasi butuh pemahaman terhadap konsep dasar organisasi. Apalagi saat ini NU memiliki banyak SDM hebat.
"Cari orang NU yang punya title S3, Profesor banyak sekali, nah potensi-potensi yang ada ini bagaimana caranya agar merajut sebuah langkah besar dengan berbagi potensi yang dimiliki, itu sebuah tujuan utama yakni tujuan Nahdlatul Ulama baik dalam berbangsa dan beragama," katanya.
Kiai Makki tak memungkiri bahwa di tubuh NU penuh dengan perbedaan. Namun, belajar dari Syaikhona Kholil, kata Kiai Makki, untuk menyatukan berbagai perbedaan bukan dengan cara menyeragamkan, tapi bagaimana memaksimalkan peran dari berbagai potensi di tubuh NU agar bersatu dan berkarakter.
"Itulah tekad saya mengapa saya maju menjadi kandidat Konferwil PWNU Jatim 2024, dengan tetap meminta doa dari berbagai guru-guru dan ulama-ulama di Jawa Timur," tutur Kiai Makki.