Selasa 30 Jul 2024 04:46 WIB

Kementerian Kesehatan Nyatakan Gaza Jadi Daerah Epidemi Polio

Ada sebanyak 1,7 juta kasus penyakit menular sejak agresi Israel ke Gaza.

Rep: Aby/ Red: A.Syalaby Ichsan
Warga Palestina berjalan untuk mengungsi akibat serangan Israel di Khan Younis, Jalur Gaza, Senin (22/7/2024). Ribuan warga di Khan Younis melarikan diri dari serangan udara dan operasi militer Israel. Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas melaporkan serangan Israel ke Khan Younis, selatan Jalur Gaza tersebut menewaskan 70 orang dan melukai lebih dari 200 lainnya.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Warga Palestina berjalan untuk mengungsi akibat serangan Israel di Khan Younis, Jalur Gaza, Senin (22/7/2024). Ribuan warga di Khan Younis melarikan diri dari serangan udara dan operasi militer Israel. Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas melaporkan serangan Israel ke Khan Younis, selatan Jalur Gaza tersebut menewaskan 70 orang dan melukai lebih dari 200 lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyatakan, daerah terkepung tersebut berstatus sebagai daerah epidemi polio. Status epidemi dikeluarkan mengingat kondisi menyedihkan penduduk jalur Gaza sebagai akibat dari agresi brutal Israel. 

Penjajah  telah merampas air yang dapat digunakan oleh penduduk, menghancurkan infrastruktur sanitasi, menyebabkan penumpukan ribuan ton sampah, kerawanan pangan, dan kepadatan penduduk di daerah pengungsian paksa. "Serta dengan ditemukannya keberadaan virus polio jenis CVPV2 di air limbah di Gubernuran Khan Younis dan Gubernuran Tengah,"ujar Kementerian Kesehatan Palestina lewat keterangan tertulis kepada Republika, di Jakarta, Senin (29/7/2024).

Baca Juga

 

Menurut Kementerian Kesehatan, status epidemi Gaza menjadi ancaman kesehatan bagi penduduk jalur Gaza dan negara-negara tetangga serta kemunduran bagi program pemberantasan polio global.Kementerian Kesehatan memperingatkan bahwa program untuk memerangi epidemi yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan dalam kemitraan dengan lembaga-lembaga internasional yang relevan, terutama UNICEF dan Organisasi Kesehatan Dunia, tidak akan cukup.