REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu ajaran Islam adalah amar ma'ruf nahi munkar. Ma’ruf berarti semua jenis perbuatan yang diketahui oleh akal atau syariat akan kebaikannya. Sebaliknya, munkar adalah semua jenis perbuatan yang tidak diketahui atau diingkari kebaikannya oleh akal atau syariat.
Menganjurkan pada ma'ruf serta mencegah hal-hal munkar merupakan tanggung jawab bersama. Membiarkan suatu kemungkaran, yakni tanpa ada upaya-upaya untuk mencegahnya, berarti mengundang murka Allah SWT.
Tiap Muslim bertanggung jawab untuk amar ma'ruf nahi munkar. Hal itu terutama berdasar pada kemampuan masing-masing mereka.
Secara keseluruhan, umat Islam seyogianya memiliki ciri sebaik-baiknya umat. Sebab, mereka mencegah kemungkaran dan menganjurkan kebajikan.
نۡتُمۡ خَيۡرَ اُمَّةٍ اُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡكَرِ وَتُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰهِؕ وَلَوۡ اٰمَنَ اَهۡلُ الۡكِتٰبِ لَڪَانَ خَيۡرًا لَّهُمۡؕ مِنۡهُمُ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَاَكۡثَرُهُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik" (QS Ali Imran: 110).
Dalam Ihya Ulum ad-Din, Imam Ghazali menuturkan sebuah hadis riwayat ummul mukminin 'Aisyah. Dia mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda, "Allah menyiksa suatu negeri berpenduduk 18 ribu orang, padahal mereka beribadah sebagaimana ibadah nabi-nabi."
Beliau lalu ditanya, mengapa mereka bernasib demikian. Rasulullah SAW menjawab, "Karena mereka tidak marah ketika ada orang merusak nama Allah, tidak menegakkan amar ma'ruf, dan tidak mencegah orang-orang yang berbuat munkar."
Untuk mencegah meluasnya kemungkaran, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa di antara kamu melihat sesuatu yang mungkar, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Kalau tidak dapat, maka dengan lisannya. Kalau tidak bisa, maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman" (HR Muslim).
Mencegah kemungkaran dengan hati bukan berarti pasif dan apatis, melainkan ada usaha yang aktif dan terbatas. Perlawanan hati nurani yang dibuktikan melalui sikap nonkooperatif terhadap kemungkaran. Jika itu dilakukan oleh berjuta-juta orang, maka akan menjadi suatu kekuatan yang signifikan.
Nabi SAW bersabda, “Demi Zat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaknya kalian benar-benar mengajak kepada yang ma’ruf, dan benar-benar mencegah dari yang munkar. Jika tidak, niscaya Allah akan mengirimkan hukuman kepada kalian sebab keengganan kalian tersebut. Kemudian, kalian berdoa kepada-Nya, tetapi doa kalian tidak lagi dikabulkan” (HR Tirmidzi).
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang laki-laki berada pada sebuah kaum yang di dalamnya dilakukan suatu kemaksiatan, ia mampu mengubah kemaksiatan tersebut, lalu tidak melakukannya, maka Allah akan menimpakan siksa kepadanya sebelum meninggal” (HR Abu Dawud).