REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberhasilan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membentuk PT Bank Syariah Indonesia (BSI) pada 2021 menjadi tonggak pencapaian bagi perbankan syariah dalam negeri. Cita-cita negeri memiliki bank syariah yang mumpuni pun terealisasi berkat sinergi dan transformasi.
Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi mengatakan penggabungan Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah, sejatinya bukan perkara mudah. Namun, lanjut Hery, Pak Erick mampu melewati tantangan tersebut dan mewujudkan mimpi bangsa yang selama ini terpendam.
"Pak Erick punya strong leadership. Ia gesit mengambil keputusan. Seorang pemimpin yang decisive," ujar Hery di Jakarta, Selasa (30/7/2024).
Kesaksian Hery terhadap leadership style atau gaya kepemimpinan Erick tertuang dalam buku berjudul "Elephant Learns Flamenco: BUMN Menuju Indonesia Emas 2045". Buku karya Indonesia Brand Forum (IBF) dan PT Balai Pustaka yang akan diluncurkan dalam gelaran IBF 2024 di Jakarta, Rabu (31/7/2024) memuat perjalanan serta strategi BUMN dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, termasuk menyoroti kepemimpinan Erick Thohir serta keberadaan Akhlak sebagai core values BUMN.
"Dalam buku ini, para direktur utama BUMN menyampaikan model interaksi dan kepemimpinan Erick dalam lima tahun terakhir," ujar Founding Director IBF Yuswohady.
Yuswohady percaya, keberhasilan sebuah transformasi sangat dipengaruhi dan diwarnai oleh leadership style pemimpinnya. Begitu pun dengan transformasi BUMN selama lima tahun terakhir.
"Untuk memahami leadership style ini, pendekatan riset yang saya lakukan agak berbeda. Saya bukan menggalinya secara langsung dari Pak Erick Thohir, tapi justru dari para Dirut BUMN yang berinteraksi dan merasakan praktik kepemimpinannya," ucap Yuswohady.
Yuswohady menyebut Erick menjadi aktor utama di balik kesuksesan BUMN dalam lima tahun terakhir. Yuswohady menyebut Erick mampu menjaga tren positif kinerja BUMN hingga kontribusi kepada negara melalui pajak, PNBP, dan dividen.
Yuswohady menyoroti gaya kepemimpinan Erick yang membuat BUMN mampu bersaing di kancah global. Yuswohady menyampaikan aset BUMN saat ini yang sebesar Rp 8.978,1 triliun dan pendapatan sebesar Rp 2.292,5 triliun tercatat sudah jauh lebih besar dari superholding BUMN di Singapura yakni Temasek.
Yuswohady mengatakan Erick mampu mendorong BUMN menjadi lebih profesional dan kompetitif seperti BUMN-BUMN besar dunia seperti Temasek hingga Aramco milik Arab Saudi. Sebagaimana Aramco yang mulai melakukan diversifikasi bisnis, Erick pun merapikan model bisnis BUMN lebih adaptif.
"Model BUMN sebagai korporasi seperti swasta sudah mulai terlihat, terutama proses efisiensi dan fokus bisnis dengan holdingisasi BSI, Pelindo, PTPN, hingga Ultramikro. Selama ini asetnya kecil-kecil dan terpisah, tentu akan sulit bersaing," sambung Yuswohady.
Selain fokus pada core business masing-masing, Yuswohady juga menilai penerapan digitalisasi mendorong laju transformasi BUMN menjadi lebih cepat. Yuswohady berharap capaian apik BUMN dapat terus terjaga dan meningkat ke depan.
"Saya berharap momentum ini terus berlanjut di Kementerian BUMN karena sudah ada fondasi. Kesinambungan Kementerian BUMN BUMN sangat penting, jangan sampai sudah bagus, tahun depan roboh lagi," lanjut Yuswohady.
Yuswohady mengatakan judul buku ini terinspirasi dari orasi ilmiah bertajuk "Eternitas Transformasi BUMN: Strategi Terobosan untuk Kebangkitan Ekonomi Indonesia Baru" Erick Thohir (ET) saat menerima penganugerahan Doktor Honoris Causa bidang Manajemen Strategis pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Brawijaya (Unibraw), Malang, Jawa Timur (Jatim), pada Maret 2023.
"Judulnya gajah menari ini idenya dari Pak Erick yang di dalam kuliah pengukuhan di Unibraw, dia katakan BUMN harus besar seperti gajah namun pandai menari flamenco," ucap Yuswohady.
Yuswohady mengatakan Erick ingin BUMN tumbuh lebih besar, namun tetap mampu agile dalam menghadapi dinamika ekonomi dan pasar. Yuswohady menyebut konsolidasi melalui holding merupakan komitmen Erick untuk mencapai tujuan tersebut.
"Pak Erick ingin BUMN tidak hanya menjadi pemain di dalam negeri, tapi skala bisnis terus meningkat dengan holding," ucap Yuswohady.
Alhasil, lanjut Yuswohady, kondisi BUMN kini jauh lebih lincah, indah, dan bertenaga bak gajah yang mampu menari flamenco. Yuswohady menilai hal ini berdampak besar dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai salah satu negara ekonomi terbesar pada 2045.
"BUMN kini benar-benar menjadi pilar dan katalis untuk ekonomi Indonesia," kata Yuswohady.