Selasa 30 Jul 2024 20:34 WIB

Ketahanan Nasional Harus Dilandasi Kedaulatan Pangan

Inovasi ini merupakan bagian dari upaya mendukung swasembada jagung nasional.

Rembug Utama dan Expo KTNA Nasional di Tabanan, Bali.
Foto: .
Rembug Utama dan Expo KTNA Nasional di Tabanan, Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketahanan nasional harus dilandasi oleh kedaulatan pangan dan ketersediaan pangan yang tidak boleh bermasalah. Hal itu ditegaskan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (PPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi, saat membuka acara Rembug Utama dan Expo KTNA Nasional di Tabanan, Bali.

“Swasembada dapat dicapai jika produksi mampu digenjot. Dan untuk menggenjot produksi pangan mesti dilakukan dengan inovasi,” ujar Dedi.

Baca Juga

Menurut Dedi inovasi di bidang pertanian mesti disebarkan ke berbagai daerah. Terlebih saat ini mulai banyak petani millenial yang melek teknologi yang akan menjadi generasi penerus petani Indonesia.

Arahan Kementan untuk menyebarkan inovasi pertanian mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya Syngenta Indonesia yang berkomitmen untuk mendukung Pemerintah mencapai swasembada pangan nasional melalui inovasi pengembangan benih jagung unggul berkualitas, termasuk jagung bioteknologi dengan keunggulan ganda.

"Syngenta terus berinovasi dalam mengembangkan varietas benih hibrida terbaru yang berkualitas tinggi dan memberikan nilai tambah bagi petani Indonesia, terutama dalam hal hasil panen," kata Seed Marketing Head Syngenta Indonesia, Imam Sujono di sela Rembug Utama dan Expo KTNA Nasional 2024, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (30/7/2024).

"Salah satu varietas benih hibrida baru yang kami luncurkan adalah produk jagung bioteknologi dengan keunggulan ganda, yaitu tahan terhadap penggerek batang dan toleran terhadap herbisida glifosat," ujar dia menambahkan.

Imam mengatakan inovasi ini merupakan bagian dari upaya mendukung swasembada jagung nasional. Selain itu, Syngenta juga mendukung program bantuan benih pemerintah.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen pada 2023 mencapai 14,77 juta ton. Pemerintah terus mendorong peningkatan produksi jagung nasional guna mencapai swasembada pangan. Peningkatan produksi ini sejalan dengan target Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada tahun 2045.

Indonesia diharapkan tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga dapat mengekspor ke luar negeri. Untuk mencapai target tersebut, selain lahan pertanian yang luas dan subur, juga diperlukan peningkatan sumber daya manusia (SDM), regenerasi petani, infrastruktur yang memadai, regulasi yang baik, dan inovasi teknologi pertanian.

Penggunaan benih unggul berkualitas tinggi merupakan kunci utama keberhasilan swasembada pangan. Tanpa benih berkualitas, petani tidak akan mampu mencapai produksi optimal, terutama di tengah tantangan perubahan iklim, keterbatasan pupuk, dan serangan hama serta penyakit tanaman.

Untuk membantu petani menjawab tantangan tersebut, Syngenta berinovasi dengan mengembangkan benih jagung bioteknologi. Pada awal 2024, Syngenta telah meluncurkan dan memasarkan NK Pendekar Sakti, benih jagung bioteknologi pertama di Indonesia yang memiliki keunggulan ganda. Varietas yang sudah dinanti-nanti petani ini tahan terhadap penggerek batang (Asian corn borer/Ostrinia furnacalis) dan toleran terhadap herbisida glifosat.

“Adanya benih bioteknologi ini sejatinya sudah ditunggu petani karena memberikan kemudahan dalam budidaya jagung dan menawarkan biaya usaha tani yang lebih murah. Sehingga tidak hanya mengoptimalkan hasil panen kami, tetapi bagaimana kami dapat bersaing dengan petani-petani dari negara lain,” kata Abu Bakar, petani jagung asal Jember, Jawa Timur.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement