REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika kita berpikir tentang demensia, kita sering membayangkan orang lanjut usia yang berjuang dengan kehilangan memori dan kebingungan. Namun, sebuah penelitian yang membuka mata dari Finlandia telah menemukan tren yang mengkhawatirkan: demensia onset dini (DOD), yang menyerang orang di bawah 65 tahun, mungkin jauh lebih umum daripada yang diyakini sebelumnya.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Neurology ini memberikan gambaran yang serius tentang dampak kondisi ini pada orang dewasa yang lebih muda. Dipimpin oleh para peneliti dari University of Eastern Finland, University of Oulu, dan Neurocenter Finland, penelitian ini menemukan bahwa demensia onset dini menyerang sekitar 20 dari setiap 100 ribu orang yang berusia 30-64 tahun setiap tahunnya. Angka ini jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, menunjukkan bahwa kondisi ini mungkin lebih luas daripada yang disadari oleh para ahli.
Demensia onset dini (DOD) adalah diagnosis yang sangat menghancurkan, yang sering kali menyerang individu di masa puncak kehidupan mereka. Tidak seperti demensia yang terjadi pada usia lanjut, yang biasanya menyerang mereka yang berusia di atas 65 tahun, DOD dapat meruntuhkan karier, merenggangkan hubungan keluarga, dan menjungkirbalikkan rencana jangka panjang.
“Bayangkan seorang eksekutif berusia 50 tahun yang tiba-tiba kesulitan mengingat rapat penting atau orang tua berusia 40 tahun yang kesulitan mengenali anaknya sendiri. Skenario-skenario ini menggambarkan dampak yang mendalam dari kondisi ini pada individu dan keluarga mereka,” kata para peneliti seperti dilansir Study Finds, Selasa (30/7/2024).
Temuan penelitian ini sangat mengkhawatirkan mengingat implikasi sosial yang mungkin terjadi. Jika demensia onset muda memang lebih umum terjadi daripada yang diperkirakan sebelumnya, hal ini dapat berarti beban yang lebih besar pada sistem perawatan kesehatan dan hilangnya produktivitas yang signifikan di dunia kerja. Selain itu, dampak emosional pada keluarga yang merawat orang yang dicintai dengan kondisi ini tidak dapat dilebih-lebihkan.
Menariknya, para peneliti menemukan bahwa penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum terjadi pada usia muda, yang mencakup hampir setengah dari semua kasus. Hal ini mengejutkan, karena Alzheimer biasanya dikaitkan dengan lansia.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa kejadian Alzheimer yang muncul lebih awal terus meningkat selama periode penelitian 12 tahun, sementara tingkat demensia onset muda lainnya relatif stabil.
“Tingkat kejadian yang lebih tinggi yang diamati dalam studi kami mungkin disebabkan oleh metodologi kami, yang memungkinkan kami untuk menangkap hampir semua kasus DOD dari daerah penelitian. Selain itu, meningkatnya kesadaran akan demensia di kalangan masyarakat dan tenaga kesehatan di Finlandia juga dapat berkontribusi pada tingginya jumlah kasus yang terdiagnosis,” kata penulis utama studi, Eino Solje dari University of Eastern Finland.
Temuan penelitian ini menggarisbawahi pentingnya deteksi dan diagnosis dini. Banyak gejala demensia yang muncul pada usia muda, seperti masalah ingatan atau perubahan perilaku, dapat disalah artikan sebagai stres atau depresi. Kesalahan diagnosis ini dapat menunda perawatan dan dukungan yang tepat. Para peneliti menekankan perlunya peningkatan kesadaran di kalangan masyarakat dan penyedia layanan kesehatan untuk memastikan bahwa individu yang lebih muda yang mengalami perubahan kognitif menerima diagnosis yang tepat waktu dan akurat.