Rabu 31 Jul 2024 08:03 WIB

Nada Duka dari Gaza, Musisi Oud yang Kehilangan Segalanya

Musisi Raouf Belbeisi mengumpulkan kepingan mimpi untuk menyusunnya kembali di Mesir.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Alat musik oud. Raouf Belbeisi, salah satu musisi Oud di Palestina harus mengungsi ke Mesir setelah serangan Israel ke Palestina.
Foto: Albawaba.com
Alat musik oud. Raouf Belbeisi, salah satu musisi Oud di Palestina harus mengungsi ke Mesir setelah serangan Israel ke Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Musisi asal Palestina, Raouf Belbeisi, sejak kecil bermimpi untuk menciptakan pusat budaya yang semarak di Jalur Gaza. Namun, lima bulan setelah ia membuka sebuah kafe di Kota Gaza, konflik Israel dan Palestina menghancurkan rencananya.

Kini, penyanyi yang memainkan alat musik Oud itu menjadi salah satu dari sekelompok musisi Gaza yang ingin membangun kembali kehidupan dan karir mereka setelah mengungsi ke negara tetangga, Mesir. “Perang meletus, dan kafe ini benar-benar tutup. Mimpi saya runtuh. Kafe ini dibom dan dihancurkan,” kata Belbeisi (28 tahun) dalam sebuah acara komunitas bagi para musisi yang mengungsi di Kairo yang bertajuk Deira, yang dalam bahasa Arab berarti rumah.

Baca Juga

“Sejak dimulainya perang, saya dan keluarga mengungsi sebanyak empat atau lima kali. Pada akhirnya, saya mengungsi di Mesir sampai saat ini,” kata dia seperti dilansir Reuters, Rabu (31/7/2024).

Belbeisi pun berharap agar perang segera berakhir dan bisa berkumpul kembali dengan seluruh keluarganya yang masih terjebak di Gaza. “Harapan saya saat ini adalah agar perang berakhir, tentu saja, dan agar saya bisa mengeluarkan keluarga saya dari Gaza, atau agar saya bisa kembali,” kata dia.

Serangan Israel yang kini terjadi dimulai pada 7 Oktober, telah membuat sebagian besar wilayah Gaza menjadi puing-puing dan menewaskan hampir 40 ribu orang, menurut kementerian kesehatan setempat. Mesir menjadi satu-satunya rute bagi warga sipil untuk meninggalkan wilayah yang telah lama diblokade itu. Banyak dari warga harus membayar ribuan dolar kepada para calo untuk mengungsi, karena akses ke perbatasan ditutup ketika Israel menyerang Rafah pada awal Mei.

Selain Belbeisi ada juga rapper asal Palestina, Ahmed Shalamy, yang tiba di Kairo tiga bulan lalu bersama keluarganya. Musisi berusia 22 tahun itu juga berharap bisa merilis koleksi lagu-lagu rekaman pertamanya di Kairo.

Shamaly berkesempatan untuk menampilkan lagu-lagu dari kompilasi tersebut secara langsung untuk pertama kalinya di acara Deira, yang diselenggarakan oleh kolektif seni Kalam Aflam bersama dengan inisiatif lokal lainnya. Ia mengatakan para seniman di Gaza tidak memiliki kebebasan berkreasi, serta kurangnya infrastruktur dan dukungan.

“Namun, sebelum perang, saya merasa ada penerimaan yang lebih besar terhadap musik rap di kalangan anak muda, dan ada energi yang akan membawa kita ke tempat-tempat yang indah,” kata Shamaly.

Deira juga merupakan nama album terbaru dari artis Aljazair-Palestina, Marwan Abdelhamid, yang lebih dikenal dengan nama panggung Saint Levant, yang merupakan performer utama pada acara hari Sabtu. Nama album ini menandakan hubungan dengan asal usulnya.

Hayat Aljowaily dari Kalam Aflam mengatakan bahwa acara di Kairo ini bertujuan untuk menginspirasi anak muda Palestina untuk tidak takut bermimpi. “Mesir adalah persimpangan sejarah seni dan budaya di wilayah MENA (Timur Tengah dan Afrika Utara), dan memiliki infrastruktur serta jadi pemimpin industri yang dapat membantu para seniman ini menjangkau audiens baru dan mempertahankan karya seni mereka sampai mereka dapat kembali ke rumah,” kata Aljowaily.

Manajer musik Shamaly yang berusia 20 tahun, Adam Ghanim, bertekad untuk meluncurkan label musik pertama di Gaza. Pada Januari 2023, ia menerima beasiswa dari Yayasan 2048, yang didirikan oleh Saint Levant, yang mendukung proyek-proyek kreatif Palestina.

“Dengan dukungan mereka, kami dapat membuka studio musik di Gaza, tetapi hampir lima bulan kemudian, pasukan Israel menghancurkannya. Kami kehilangan segalanya, tapi sekarang di Kairo, kami bertekad untuk mendapatkan semuanya kembali,” kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement