Rabu 31 Jul 2024 09:55 WIB

Peringatan Keras untuk Suami Terlantarkan Anak-Istri

Sungguh berdosa suami yang menelantarkan istri dan anaknya.

Ilustrasi Menelantarkan anak.
Foto: Freepik
Ilustrasi Menelantarkan anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang suami wajib menanggung sandang, pangan, dan papan orang-orang yang menjadi tanggungan nafkahnya, yaitu istri dan anak-anaknya. Jangan sampai seorang suami teledor atau abai dalam menafkahi istri dan anak-anaknya.

Misalnya, gaji atau penghasilan usaha suami tidak diberikan untuk menafkahi istri dan anak-anak. Atau, suami tidak berusaha sama sekali untuk bekerja demi menafkahi mereka. Kemudian, istri dan anak-anaknya menjadi sengsara dan mengandalkan bantuan orang lain.

Baca Juga

Bila seorang suami berbuat seperti itu, maka ia sedang melakukan perbuatan dosa. Simaklah sebuah hadis yang dinukil dalam kitab At-Targhib wat Tarhib.

وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَفَى بِالْمَرْءِاِثْمًاأَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوْتُ رَوَاهُ أَبُوْدَاوُدَوَالنَّسَائِ- وَفِى رِوَايَةٍ مِنْ يَعُوْلُ.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Cukuplah seseorang menanggung dosa jikalau ia menyia-nyiakan orang yang wajib ditanggung makannya" (HR Abu Dawud).

Seorang suami menjadi pemimpin dari keluarganya. Dia memiliki tanggung jawab untuk memastikan dan memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani istri dan anak-anaknya.

Sebab, peran lelaki sebagai suami akan dimintai pertanggungjawaban di Hari Kiamat. Sama halnya, seorang istri pun akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dalam manajemen rumah tangga, termasuk mengasuh anak-anak.

وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ اَلْاِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِى أَهْلِهِ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْاَةُ رَاعِيَةٌ فِى بَيْتِ زَوْجِهَاوَمَسْئُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.

Rasulullah SAW bersabda, "Setiap kalian semua itu ibaratnya orang yang memimpin gembalaan, dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Kepala negara, itu adalah pemimpin dan akan ditanya mengenai rakyatnya. Orang lelaki (suami) adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan ditanya mengenai kepemimpinannya. Orang perempuan (istri) adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan akan ditanya mengenai kepemipinannya" (HR Bukhari-Muslim).

Terkait anak, tiap orang tua seyogianya mengasuh dengan baik. Alquran memberikan contoh teladan melalui kisah-kisah Luqman. Simaklah bagaimana orang saleh ini menasihati anaknya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

Islam juga mengajarkan, jangan sampai lantaran kehadiran anak membuat orang tua merasa terbebani dan bahkan saling melempar tanggung jawab antara ayah dan ibu.

"Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya" (QS al-Baqarah: 233).

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement