REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pembunuhan terhadap kepala biro politik kelompok perjuangan Palestina, Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran dapat mengakibatkan perang masif di Timur Tengah. Demikian disampaikan perwakilan Hamas di Lebanon, Mahmoud Tah kepada Sputnik, Rabu.
Mahmoud Tah mengatakan bahwa Amerika Serikat yang selama ini mendukung Israel harus memahami sejauh mana tanggung jawab mereka atas eskalasi semacam itu.
"Semua kemungkinan opsi dan skenario untuk merespons pembunuhan ini bisa saja terjadi ... Perkembangan semacam itu dapat menyebabkan perang besar-besaran di kawasan. Washington harus paham sejauh mana tanggung jawab mereka atas eskalasi ini," kata Tah.
Menurut Hamas, Haniyeh terbunuh dalam serangan yang dilakukan Israel di kediamannya di Teheran usai menghadiri upacara pelantikan presiden Iran.
Pakar Timur Tengah dari Universitas Indonesia Yon Machmudi mengatakan, pembunuhan terhadap Haniyeh menghancurkan kepercayaan Hamas terhadap Israel dan berpotensi mempersulit upaya mengakhiri perang di Jalur Gaza,
“Dengan adanya pembunuhan terhadap Ismail Haniyeh, maka akan semakin menghilangkan kepercayaan Hamis terhadap pihak Israel dalam upaya gencatan senjata,” ucap Yon dalam pernyataannya di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan, serangan tersebut merupakan preseden buruk dalam rencana perdamaian dan gencatan senjata yang diusahakan kedua belah pihak. Padahal, perundingan untuk mengakhiri peperangan hampir menemukan titik temu.
Peperangan antara kedua belah pihak pun berpotensi membesar setelah meninggalnya pemimpin politik Hamas itu, ucap Yon.
“Setelah terbunuhnya Ismail Haniyeh, pihak Hamas pasti akan menutup kemungkinan penyerahan tawanan yang ada di wilayah Gaza,” kata dia, menambahkan.