Rabu 31 Jul 2024 22:34 WIB

Kejahatan Jalanan, Psikolog Sebut Siklusnya Sama dengan Bullying  

Kejahatan jalanan masih menjadi pekerjaan rumah di DIY.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Muhammad Hafil
Aksi klitih membawa celurit di Titik Nol Yogyakarta, Selasa (7/2/2023) dini hari WIB.
Foto: Tangkapan layar
Aksi klitih membawa celurit di Titik Nol Yogyakarta, Selasa (7/2/2023) dini hari WIB.

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA — Kejahatan jalanan masih menjadi pekerjaan rumah di DIY. Terlebih, kejahatan jalanan ini masih didominasi oleh remaja yang masih usia sekolah atau duduk di bangku sekolah. 

“Kalau klitih (kejahatan jalanan) ini siapa yang sebenarnya banyak sebagai pelaku dan korban? Banyaknya remaja, meski kadang bervariasi. Tapi kebanyakan remaja karena mereka ada gesekan-gesekan antar remaja,” kata Psikolog Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Ratna Yunita Septiyani kepada Republika, Rabu (31/7/2024). 

Baca Juga

Yunita mengatakan, kejahatan jalanan yang biasanya terjadi melibatkan peer group atau mereka dengan usia yang sama. Bahkan, menurutnya siklus kejahatan jalanan ini tidak berbeda dengan bullying. 

Sebab, dari sejumlah kejahatan jalanan yang diungkap terjadi karena ada yang mengkoordinir. Artinya, kata Yunita, ada kepala geng atau ketua kelompok yang mengarahkan anggotanya untuk melakukan kejahatan jalanan tersebut.