Kamis 01 Aug 2024 14:10 WIB

Polisi Butuh 3 Tahun untuk Tangkap Mafia Tanah Penipu Petani Salatiga Miliaran Rupiah

Tiga mafia tanah diamankan dalam kasus dugaan penipuan di Salatiga.

Red: Karta Raharja Ucu
Petani (ilustrasi). Sebelas petani di Salatiga ditipu komplotan mafia tanah hingga merugi Rp 9 miliar.
Foto: PT Pupuk Indonesia
Petani (ilustrasi). Sebelas petani di Salatiga ditipu komplotan mafia tanah hingga merugi Rp 9 miliar.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Polda Jawa Tengah membutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk menuntaskan kasus dugaan mafia tanah di Kota Salatiga yang merugikan para korbannya hingga miliaran rupiah. Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Tengah Kombes Pol.Dwi Subagio mengatakan, kasus ini dilaporkan ke polisi sejak 2021.

Dia berkata, 46 saksi dan dua ahli dimintai keterangan dalam proses penyidikan. Tiga tersangka dalam kasus mafia tanah tersebut masing-masing AH (39), NR (41), dan DI (49), juga tersangkut dalam tindak pidana lain yang sedang ditangani oleh kejaksaan.

"Para tersangka ini memiliki peran masing-masing saat beraksi," katanya di Semarang, Senin (30/7/2024).

Ia menjelaskan AH dan NR mengaku sebagai pengusaha yang akan membeli tanah milik beberapa orang di Argomulyo, Kota Salatiga. Sementara tersangka NR mengaku sebagai notaris yang memroses balik nama tanah milik 11 warga itu.

Menurut dia, para tersangka yang baru membayar uang muka kepada pemilik tanah kemudian membalik nama lahan yang selanjutnya dijadikan agunan bank tersebut. Ia menuturkan luas tanah yang dikuasai oleh komplotan mafia tanah tersebut mencapai 26,9 hektare(ha) dengan nilai mencapai Rp 9 miliar.

Lahan tersebut, kata dia, dijadikan sebagai agunan pinjaman di bank yang selanjutnya macet hingga mengakibatkan kerugian hingga Rp 25 miliar. "Nilai total harga tanah yang belum diterima para korban mencapai Rp 9 miliar," katanya.

Pengusutan kasus mafia tanah berlangsung sejak 2021...

Dari tokoh ramai dibicarakan ini, siapa kamu jagokan sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement