Kamis 01 Aug 2024 14:22 WIB

Pesantren di Jabar Dilatih Cara Pengolahan Sampah Biokonversi Atasi Sampah Organik

Pesantren memiliki peran penting dalam membentuk generasi yang peduli lingkungan

Red: Arie Lukihardianti
Pelatihan pengolahan sampah biokonversi di pesantren
Foto: Dok Republika
Pelatihan pengolahan sampah biokonversi di pesantren

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Persoalan sampah menjadi isu yang serentak dirasakan di berbagai daerah di Indonesia. Peristiwa ledakan dan longsornya TPA Leuwigajah Cimahi 19 tahun lalu yang memakan korban lebih dari 150 jiwa penduduk di sekitarnya. Kejadian ini, menjadi pil pahit yang harus ditelan negeri ini akibat minimnya pengolahan dan intervensi terhadap sampah.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada 2023 timbunan sampah di Indonesia mencapai lebih dari 17 juta ton. Sampah itu, dihasilkan dari 126 kota/kabupaten di Indonesia. Selain itu, pada 2023 pun tercatat terjadi 14 lokasi kebakaran TPA, yang menunjukkan pengolahan sampah di Indonesia masih memiliki tugas rumah yang serius untuk diperbaiki.

Baca Juga

Kitabisa, platform penggalangan dana sosial terbesar di Indonesia membuat program upaya pelestarian lingkungan melalui berbagai inovasi program berkelanjutan yang dihadirkan melalui platform kitabisa.org. Salah satu di antaranya melalui program Askara Nusantara, Kitabisa menginisiasi kegiatan Roadshow Aksi Jaga Bumi, sebuah program pelatihan dan pelibatan masyarakat dalam melakukan pengolahan sampah dengan fokus pada sampah organik menggunakan metode biokonversi.

Kegiatan ini difokuskan di wilayah komunal yang memiliki intensitas produksi sampah tinggi, salah satunya di lingkungan Pondok Pesantren. Selama periode Juni hingga Juli 2024, Kitabisa telah mengadakan pelatihan pengolahan sampah biokonversi dan memberikan hibah instalasi pengolahan sampah berbasis maggot “Magobox Tower” dan alat composting portable di enam pesantren yang tersebar di Jawa Barat dan luar Jawa Barat.