Kamis 01 Aug 2024 16:42 WIB

Ini Dia Sosok Calon Pengganti Ismail Haniyeh

Khaled Meshaal dikenal sebagai tokoh yang menjunjung persatuan Palestina.

Pemimpin Hamas Khaled Meshaal di kantornya di Doha 29 November 2012.
Foto: X90013
Pemimpin Hamas Khaled Meshaal di kantornya di Doha 29 November 2012.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Tokoh Palestina Khaled Meshaal diprediksi akan menggantikan Ismail Haniyeh sebagai kepala biro politik Hamas. Meshaal sempat dijauhkan dari Hamas karena mengupayakan rekonsiliasi dengan Fatah, sikap yang kini sudah direngkuh kelompok tersebut.

Meshaal (68 tahun) mulai dikenal di seluruh dunia pada tahun 1997 setelah agen-agen Israel menyuntiknya dengan racun dalam upaya pembunuhan yang gagal di jalan di luar kantornya di ibu kota Yordania, Amman. Serangan terhadap tokoh senior penting kelompok militan Palestina, yang diperintahkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu itu membuat marah Raja Hussein di Yordania. 

Baca Juga

Ia mengancam menghukum gantung penyerang Meshaal dan membatalkan perjanjian perdamaian Yordania dengan Israel kecuali obat penawarnya diberikan. Israel akhirnya mengikuti permintaan itu dan juga setuju untuk membebaskan pemimpin Hamas Sheikh Ahmed Yassin, namun kemudian membunuhnya tujuh tahun kemudian di Gaza.

Bagi warga Israel dan negara-negara Barat, Hamas yang melakukan perlawanan bersenjata melawan Israel adalah kelompok teroris yang bertekad menghancurkan Israel. Bagi para pendukung Palestina, Meshaal dan pimpinan Hamas lainnya adalah pejuang pembebasan dari penjajahan Israel, menjaga perjuangan mereka tetap hidup ketika diplomasi internasional gagal.

Israel telah membunuh atau mencoba membunuh beberapa pemimpin dan agen Hamas sejak kelompok tersebut didirikan pada tahun 1987 selama pemberontakan Palestina pertama melawan pendudukan Tepi Barat dan Gaza.

Meshaal menjadi pemimpin politik Hamas di pengasingan setahun sebelum Israel mencoba melenyapkannya, sebuah jabatan yang memungkinkan dia mewakili kelompok Islam Palestina dalam pertemuan dengan pemerintah asing di seluruh dunia, tanpa hambatan oleh pembatasan perjalanan ketat Israel yang berdampak pada pejabat Hamas lainnya.

Sumber-sumber Hamas mengatakan Meshaal diperkirakan akan dipilih sebagai pemimpin tertinggi kelompok itu untuk menggantikan Ismail Haniyeh, yang dibunuh di Iran pada Rabu dini hari.

Pejabat senior Hamas Khalil al-Hayya, yang berbasis di Qatar dan pernah memimpin perundingan Hamas dalam perundingan gencatan senjata tidak langsung di Gaza dengan Israel, juga kemungkinan menjadi pemimpin karena ia adalah favorit Iran dan sekutunya di wilayah tersebut.

Hubungan Meshaal dengan Iran tegang karena dukungannya di masa lalu terhadap pemberontakan yang dipimpin Muslim Sunni pada tahun 2011 melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad. 

Meshaal telah menjadi tokoh sentral di puncak Hamas sejak akhir 1990-an, meskipun ia bekerja sebagian besar dari pengasingan yang relatif aman ketika Israel berencana membunuh tokoh-tokoh Hamas terkemuka lainnya yang berbasis di Jalur Gaza.

Setelah Yassin yang berkursi roda terbunuh dalam serangan udara pada Maret 2004, Israel membunuh penggantinya Abdel-Aziz Al-Rantissi di Gaza sebulan kemudian, dan Meshaal mengambil alih kepemimpinan Hamas secara keseluruhan.

Seperti para pemimpin Hamas lainnya, Meshaal telah bergulat dengan isu penting mengenai apakah akan mengadopsi pendekatan yang lebih pragmatis terhadap Israel dalam mewujudkan negara Palestina, atau berjuang menegakkan piagam Hamas pada 1988 yang menyerukan penghancuran Israel.

photo
Pemimpin Hamas Palestina Khaled Mashaal, kiri, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas terlihat bersama dalam pertemuan mereka di Kairo, Mesir, Kamis, 24 November 2011. - (AP Photo/Office of Khaled Meshaal)

Meshaal menolak gagasan perjanjian perdamaian permanen dengan Israel tetapi mengatakan bahwa Hamas dapat menerima negara Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem Timur sebagai solusi sementara sebagai imbalan untuk gencatan senjata jangka panjang.

Serangan pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel oleh pejuang pimpinan Hamas dari Gaza, yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan penculikan lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel, memperjelas prioritas kelompok tersebut. Israel membalas dengan serangan udara dan invasi ke Gaza yang telah menewaskan lebih dari 39.000 warga Palestina, melakukan kampanye untuk memberantas Hamas yang telah membuat sebagian besar wilayah pesisir yang padat penduduknya menjadi puing-puing.

Meshaal mengatakan serangan Hamas pada 7 Oktober mengembalikan perjuangan Palestina ke dalam agenda utama dunia. Dia mendesak negara-negara Arab dan Muslim untuk bergabung dalam pertempuran melawan Israel. Ia juga mengatakan bahwa rakyat Palestina sendirilah yang akan memutuskan siapa yang memerintah Gaza setelah perang saat ini berakhir. Hal ini bertentangan dengan Israel dan Amerika Serikat yang ingin mengecualikan Hamas dari pemerintahan pascaperang.

Meshaal telah menjalani sebagian besar hidupnya di luar wilayah Palestina. Lahir di Silwad dekat kota Ramallah di Tepi Barat, Meshaal pindah bersama keluarganya saat masih kecil ke negara Teluk Arab, Kuwait, yang merupakan pusat gerakan pro-Palestina.

Anggota Ikhwanul Muslimin... baca halaman selanjutnya

 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement