Jumat 02 Aug 2024 13:57 WIB

EMBER: Dekarbonisasi Industri Batu Bara Belum Perhatikan Gas Metana

Perusahaan batu bara perlu mempertimbangkan emisi gas metana.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
ILUSTRASI Tambang batu bara.
Foto: dok wiki
ILUSTRASI Tambang batu bara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga think-tank EMBER mencatat saat ini perusahaan-perusahaan batu bara di Indonesia masih fokus menurunkan emisi karbon dioksida dalam inisiatif keberlanjutan mereka. Beberapa perusahaan memulai upaya penurunan emisi, termasuk memperluas penggunaan energi fotovoltaik surya. Selain itu, banyak perusahaan batu bara besar di Indonesia yang juga terlibat dalam pengembangan energi terbarukan dan kendaraan listrik.

"Perusahaan batu bara Indonesia mulai memanfaatkan energi terbarukan untuk menurunkan emisi dari operasi penambangan batu bara," kata EMBER dalam laporannya yang berujudul “Risiko Mengabaikan Emisi Metana Di Pertambangan Batu Bara".

Namun, menurut EMBER, perusahaan-perusahaan batu bara besar di Indonesia belum memiliki rencana mitigasi emisi gas metana tambang batu bara. Padahal, kata Ember dalam laporan itu, di antara semua gas rumah kaca yang dilepaskan dari rantai pasokan batu bara, gas metana tambang batu bara (CMM) dianggap sebagai emisi utama karena memiliki efek pemanasan 30 kali lebih besar dibandingkan karbon dioksida.

"Beberapa perusahaan batu bara besar di Indonesia sudah mulai menurunkan emisi melalui berbagai langkah dekarbonisasi. Beberapa di antaranya berkomitmen untuk mencapai emisi nol bersih dan mengembangkan bisnis energi hijau. Namun, sebagian besar dari mereka masih belum memberikan perhatian signifikan pada dampak dari emisi metana tambang batu bara, serta upaya penanganannya. Mengukur dan melaporkan emisi metana adalah langkah krusial dalam upaya dekarbonisasi tambang batu bara dan keselarasannya terhadap standar pelaporan nasional dan internasional," Kata Analis Senior Iklim dan Energi EMBER Dody Setiawan dalam laporan tersebut.