REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Perwakilan Hamas di Teheran membantah laporan bahwa Ismail Haniyeh terbunuh oleh bom yang dipasang di kamarnya jauh sebelum dia tiba di ibu kota Iran. Khaled Qaddoumi mengatakan dia berada di gedung tempat pemimpin Palestina dibunuh di lantai empat.
"Jelas dari penampakan tempat itu setelah serangan itu dan dari jenazah pemimpin syahid Ismail Haniyeh bahwa penargetan itu dilakukan dengan proyektil udara,” katanya dikutip oleh laporan di outlet berita Al-Araby Al-Jadeed yang berbasis di London.
Qaddoumi mengatakan dinding dan langit-langit kamar tempat Haniyeh menginap telah runtuh akibat parahnya dampak proyektil. Ia tidak membahas rincian lebih lanjut karena Iran masih terus melakukan penyelidikan atas serangan tersebut.
The New York Times melaporkan bahwa Haniyeh terbunuh oleh bom yang ditempatkan di kediamannya di Teheran dua bulan sebelum pembunuhan tersebut.
Laporan NYT tersebut mengutip seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, dua pejabat Iran, dan lima pejabat Timur Tengah. Laporan ini berbeda dengan kabar sebelumnya yang menyebut Haniyeh terbunuh lewat serangan proyektil berpemandu udara.
Haniyeh dibunuh pada Rabu dini hari di dalam kamar tempat dia menginap di sebuah kompleks yang dikelola oleh Garda Revolusi Iran (IRGC) ketika dia mengunjungi Teheran untuk menghadiri pelantikan presiden. Seorang pengawalnya juga tewas dalam ledakan tersebut.
"Bom tersebut diledakkan dari jarak jauh," menurut para pejabat.
Ledakan itu mengguncang bangunan, menghancurkan beberapa jendela, dan meruntuhkan sebagian dinding luar. Demikian menurut dua pejabat IRGC.
Israel biasanya tidak mengaku bertanggung jawab secara terbuka atas pembunuhan yang mereka lakukan di Iran. Namun, Hamas, pejabat Iran, dan beberapa pejabat AS mengonfirmasi bahwa Israel bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh.