Senin 05 Aug 2024 05:03 WIB

Pesan di Dinding TKP Temuan Kerangka Ibu-Anak, Psikolog Soroti Satu Kalimat Huruf Kapital

Pesan yang ditulis di dinding dinilai bahwa korban selama ini merasa tersakiti.

Sejumlah pesan diduga ditulis oleh dua orang korban Iguh Indah Hayati (55 tahun) dan Elia Putra (24 tahun) yang telah menjadi kerangka manusia terpampang di tembok dinding rumah mereka di Perumahan Tanimulya, Kabupaten Bandung Barat. Pesan tersebut diduga ditujukan untuk suami dan ayah korban Mudjoyo Tjandra.
Foto: Dok Republika
Sejumlah pesan diduga ditulis oleh dua orang korban Iguh Indah Hayati (55 tahun) dan Elia Putra (24 tahun) yang telah menjadi kerangka manusia terpampang di tembok dinding rumah mereka di Perumahan Tanimulya, Kabupaten Bandung Barat. Pesan tersebut diduga ditujukan untuk suami dan ayah korban Mudjoyo Tjandra.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Adji P, Antara

Sederet pesan berupa tulisan di dinding ditemukan di rumah tempat kejadian perkara (TKP) penemuan kerangka diduga ibu dan anak, di Perumahan Tanimulya, Kabupaten Bandung Barat. Tulisan-tulisan itu diduga dibuat oleh ibu dan anak tersebut sebelum meninggal dunia.

Baca Juga

Psikolog Retno Lelyani Dewi menjelaskan, sebuah pesan dituliskan di dinding mengandung sejumlah alasan. Pertama, orang yang menulis pesan itu ingin meluapkan emosi yang menjadi bebannya selama ini. Pesan itu juga ditujukan agar semua orang bisa membacanya.

"Dinding itu tegak artinya dia eye catching ya, kelihatan oleh mata. Jadi siapapun yang masuk ke ruangan itu akan melihat tulisan itu gitu. Jadi yang pertama, kalau saya menduga bahwa yang menuliskan itu, itu sangat ingin kelihatannya diketahui orang lain gitu," kata dia saat dihubungi Republika, Ahad (4/8/2024).

Retno yang juga merupakan Kepala Biro Psikologi Rumah Cinta telah membaca tulisan di dinding itu. Ia menyebutkan, dalam tulisan di dinding rumah TKP penemuan kerangka tersebut terdapat huruf besar dan kecil yang digunakan. Besar kecilnya huruf itu menunjukkan penekanan saat menulis pesan tersebut.

Ia menyoroti beberapa pesan yang disampaikan dalam tulisan itu. Salah satunya adalah kalimat "Aku harap kau jangan menyakiti..." yang diduga ditulis oleh sang ibu.

Menurut Retno, pesan itu jelas menunjukkan bahwa korban selama ini merasa tersakiti oleh suaminya. "Itu kan kesannya kan itu huruf besar semua. Itu menunjukkan bahwa si yang menuliskan itu, ingin memberitahu, ingin menginformasikan ya tadi. Dia sangat tersakiti gitu, sehingga dia nggak pengin gitu, orang lain masakan hal yang sama gitu," ujar dia. 

Retno juga mencoba menafsirkan pesan yang diduga dibuat oleh anak kepada ayahnya. Dalam tulisan itu, sang anak menunjukkan kekecewaannya terhadap ayahnya yang tidak memfasilitasi dalam hal pendidikan. 

Padahal, ayahnya disebut sudah berjanji untuk menyekolahkan anaknya. Namun, janji ayahnya itu tak kunjung ditepati. 

"Intinya dia mengalihkan kemarahan itu ke ayah. Bisa kemarahan langsung, karena mungkin ayahnya pada saat dimintai uang sekolah, ternyata tidak memberikan apapun alasannya gitu. Apakah mungkin, ayah tadi belum punya uang, untuk kamu sudah makin minta uang sekolah bisa kayak gitu ya," kata dia.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement