Senin 05 Aug 2024 06:00 WIB

Lebih 70 Orang Tewas, Termasuk 14 Polisi, dalam Unjuk Rasa di Bangladesh

Massa menyerang kantor polisi di Sirajganj Bangladesh.

Kendaraan yang terbakar terlihat di dalam gedung pemerintah setelah terjadinya aksi protes di Dhaka, Bangladesh, Senin (22/7/2024).Pada tanggal 22 Juli Bangladesh memberlakukan jam malam. Pemerintah Bangladesh memberlakukan jam malam nasional dan mengerahkan pasukan militer setelah kekerasan terjadi di Dhaka dan wilayah lain menyusul protes yang dipimpin mahasiswa yang menuntut reformasi sistem kuota kerja pemerintah.
Foto: EPA-EFE/MONIRUL ALAM
Kendaraan yang terbakar terlihat di dalam gedung pemerintah setelah terjadinya aksi protes di Dhaka, Bangladesh, Senin (22/7/2024).Pada tanggal 22 Juli Bangladesh memberlakukan jam malam. Pemerintah Bangladesh memberlakukan jam malam nasional dan mengerahkan pasukan militer setelah kekerasan terjadi di Dhaka dan wilayah lain menyusul protes yang dipimpin mahasiswa yang menuntut reformasi sistem kuota kerja pemerintah.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Setidaknya 73 orang tewas dalam bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa di Dhaka dan kota-kota lain di seluruh negeri tersebut, termasuk 14 petugas polisi, demikian media Bangladesh melaporkan pada Minggu.

Protes terhadap sistem kuota pemerintah Bangladesh untuk pekerjaan publik meningkat pekan lalu setelah bentrokan kekerasan di Universitas Dhaka. Para pengunjuk rasa menuntut diakhirinya sistem kuota yang mengalokasikan 30 persen posisi pemerintah untuk anggota keluarga veteran perang 1971. Mereka menuduh adanya diskriminasi dan favoritisme terhadap pendukung Perdana Menteri Sheikh Hasina, yang partainya memimpin gerakan kemerdekaan.

Baca Juga

Sebanyak 13 dari 14 petugas polisi yang tewas dibunuh ketika penyerang yang tidak dikenal menyerbu sebuah kantor polisi di kota Sirajganj, 110 kilometer dari Dhaka, tulis laporan tersebut.

Pemerintah Bangladesh memberlakukan jam malam di Dhaka dan kota-kota lain di seluruh negeri mulai pukul 18:00 waktu setempat (19.00 WIB) hingga pemberitahuan lebih lanjut, tambah laporan itu. Hari Senin, Selasa, dan Rabu pekan depan dinyatakan sebagai hari libur nasional di seluruh negeri, menurut laporan tersebut.

Sebelumnya pada hari yang sama, media di Bangladesh melaporkan bahwa di sejumlah tempat di mana rapat umum dan bentuk protes lainnya berlangsung, banyak demonstran meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan pengunduran diri pemerintah. Operator seluler telah menerima instruksi dari regulator pemerintah untuk mematikan internet seluler dan aplikasi, menurut laporan tersebut.

Pada 19 Juli, Bangladesh memberlakukan jam malam nasional untuk meredakan kekerasan setelah lebih dari 100 orang tewas dan setidaknya 300 petugas polisi terluka.

Pada akhir Juli, Zaved Akhtar, presiden Kamar Dagang dan Industri Investor Asing (FICCI), mengatakan bahwa ekonomi Bangladesh telah kehilangan 10 miliar dolar AS (sekitar Rp161,75 triliun) akibat protes mahasiswa, jam malam, dan pemutusan jalur komunikasi. 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement