Senin 05 Aug 2024 17:31 WIB

Ekonomi Indonesia Masih Tumbuh 5,05 Persen di Tengah Pelemahan Global

Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih tinggi dibanding China, Singapura, Korsel.

Rep: Eva Rianti/ Red: Lida Puspaningtyas
 Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Kemenkeu, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan.
Foto: ANTARA/Mentari Dwi Gayati
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Kemenkeu, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal II 2024.

Besaran Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Berlaku tercatat sebesar Rp 5.536,5 triliun, sedangkan PDB Atas Dasar Harga Konstan mencapai Rp 3.231 triliun.

Baca Juga

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2024 bila dibandingkan kuartal II 2023 atau secara year-on-year (yoy) tumbuh 5,05 persen,” kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers, di Jakarta, Senin (5/8/2024).

Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai bahwa menjaga pertumbuhan ekonomi RI tetap 5,1 persen pada semester II Tahun 2024 tidaklah mudah karena perekonomian global yang melemah.

Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah akan terus melihat faktor konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor dan impor demi menjaga pertumbuhan ekonomi berada pada tingkat 5,1 persen, bahkan 5,2 persen pada kuartal III dan IV.

"Tentu ini tidak mudah pada saat perekonomian global sekarang ini justru cenderung mengalami perlemahan dan fragmentasi," kata Menkeu saat memberikan keterangan pers di Kantor Presiden Jakarta, Senin.

Oleh karena itu, Menteri Keuangan bersama Menko bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dengan arahan dari Presiden Joko Widodo akan melakukan sejumlah langkah kebijakan agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.

Namun demikian, Menkeu menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05 persen secara tahunan pada kuartal II 2024 masih cukup baik dan harus dijaga.

"Growth di kuartal ke-2 yang cukup baik, masih cukup baik dan memiliki momentum yang harus kita jaga. Konsumsi, investasi, ekspor, impor yang kita akan perhatikan," kata Menkeu.

 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2024 yang sebesar 5,05 persen secara tahunan (year on year/yoy) masih lebih baik dibandingkan negara lain seperti China hingga Korea Selatan (Korsel).

Dalam pemaparannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan China yang tercatat 4,7 persen (yoy), Singapura (2,9 persen), Korea Selatan (2,3 persen) dan Meksiko (2,24 persen).

“Penjelasan tadi, di tengah ketidakpastian global, fundamental ekonomi kita masih baik. Dan di kuartal II kita tumbuh 5,05 persen,” kata Airlangga saat konferensi pers terkait pertumbuhan ekonomi Q2 2024 di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin.

Airlangga menjelaskan, capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II tahun ini ditopang oleh hampir seluruh sektor, utamanya dari sektor konsumsi rumah tangga.

Konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 54,53 persen terhadap pertumbuhan ekonomi atau tumbuh 4,39 persen (yoy). Konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber pertumbuhan terbesar yaitu 2,62 persen, yang terutama didorong oleh perayaan hari besar keagamaan.

"Kemudian konsumsi pemerintah positif, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), ekspor barang dan jasa, dan impor barang dan jasa (positif)," ujar Airlangga.

Kemudian sumber pertumbuhan tertinggi berikutnya yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang berkontribusi sebesar 1,32 persen, konsumsi pemerintah 0,10 persen, dan net ekspor 0,25 persen. Secara umum, seluruh komponen pengeluaran mengalami pertumbuhan yang positif.

Selanjutnya, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) tumbuh sebesar 9,98 persen. Komponen ini berkontribusi sebesar 1,32 persen terhadap PDB secara umum.

Ekspor dan impor juga mengalami pertumbuhan tinggi, masing-masing sebesar 8,28 persen dan 8,57 persen. Peningkatan ekspor didorong oleh kenaikan nilai dan volume ekspor migas dan nonmigas, sedangkan peningkatan impor didorong oleh kenaikan impor bahan baku dan penolong.

Sementara PMTB tumbuh 4,43 persen dan konsumsi pemerintah tumbuh 1,42 persen. Airlangga menyampaikan, dari segi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh industri pengolahan uang tumbuh 3,95 persen (yoy).

"Sektor pertanian juga terjadi loncatan. Dia meloncat ke 3,25. Konstruksi juga tumbuh tinggi di 7,29 persen, kemudian pertambangan, logistik dan pergudangan dan transportasi juga mendekati 10 persen di 9,56 persen," ucapnya.

sumber : ANTARA
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement