REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lima ayat menarik untuk kita tadaburi hari ini adalah Al Furqan ayat 71 hingga 76. Keunikan ayat tersebut ada pada kesamaan akhirannya berupa fathatain atau dua fathah. Berikut ini adalah ayat tersebut.
وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَٰلِحًا فَإِنَّهُۥ يَتُوبُ إِلَى ٱللَّهِ مَتَابًا
Wa man tāba wa ‘amila ṣāliḥan fa innahụ yatụbu ilallāhi matābā
71. Dan orang-orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.
Wahbah Zuhaili dalam tafsirnya menjelaskan maksud ayat ini, siapapun yang bertobat memohon ampunan Allah, kemudian bertakwa, maka permintaan itu dikabulkan Allah.
وَٱلَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ ٱلزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا۟ بِٱللَّغْوِ مَرُّوا۟ كِرَامًا
wallażīna lā yasy-hadụnaz-zụra wa iżā marrụ bil-lagwi marrụ kirāmā
72. Orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.
Penafsir Alquran Abdurrahman as'Sa'di menjelaskan maksud ayat tersebut sebagai berikut,
"Mereka yang tidak memberikan persaksian palsu,” maksudnya mereka tidak menghadiri kepalsuan, yaitu perkataan dan perbuatan yang diharamkan. Mereka menghindari majelis-majelis yang banyak mengandung perkataan-perkataan atau perbuatan-perbuatan yang diharamkan, seperti mempermasalhkan ayat-ayat Allah, dabat batil, menggunjing, memfitnah (adu domba), memaki, menuduh berbuat zina, memperolok-olok, lagu-lagu haram, minum khamar, alas-alas yang terbuat drai kain sutra, gambar-gambar dan lain-lain.
Kalaulah mereka tidak menyaksikan kepalsuan, maka lebih utama lagi mereka tidak mengatakannya dan mengerjakannya. Kesaksian palsu masuk kedalam kategori ucapan palsu, dan masuk kedalam maksud ayat ini secara lebih utama.
“Apabila mereka bertemu dengan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaidah,” yaitu pembicaraan yang tidak mengandung kebaikan dan faidah religi ataupun duniawi, seperti pembicaraan orang-orang yang dungu dan yang serupa dengannya, “mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya,” maksudnya mereka mencegah diri mereka dan memuliakan dirinya dari tindakan ikut serta tenggelam di dalamnya (meskipun tidak mengandung dosa) tetapi ia merupakan tindakan bodoh yang mencemari kemanusiaan dan kewibawaan. Mereka menjaga kesucian diri mereka darinya.
Pada FirmanNYa, “dan apabila mereka bertemu dengan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaidah,” terdapat sebuah isyarat bahwa mereka tidak bermaksud menghadirinya ataupun mendengarkannya, akan tetapi hal itu terjadi saat bertemu secara kebetulan tanpa kesengajaan. Mereka memuliakan diri mereka darinya.
“dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka,” yang mana Dia memerintahkan kepada mereka untuk mendengarnya dan menjadikannya sebagai pedoman, “mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta,” maksudnya, mereka tidak meresponnya dengan sikap berpaling darinya, bersikap tuli untuk mendengarnya dan mengalihkan perhatian dan hrti drainya, seperti yang dilakukan oleh orang yang tidak beriman dan tidak membenarkannya. Sesungguhnya sikap mereka di saat mendengarnya adalah seperti yang difirmankan oleh Allah,
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan aayat-ayat (kami), niscaya mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Rabbnya, sedang mereka tidak menyombongkan diri,” (as-sajdah:15)
Mereka meresponnya dengan menerima ayat-ayat itu, rasa membutuhkannya, tunduk dan patuh kepadanya. Anda akan menjumpai mereka memiliki telinga yang peka dan hati yang sensitive, hingga iman mereka bertambah karenanya, makin sempurna keyakinannya karennaya, menimbulkan semangat pada diri mereka, dan mereka sangat riang dan berbahagia karenanya.
Lihat halaman berikutnya >>>