Selasa 06 Aug 2024 07:22 WIB

PBSI, Jangan Lagi Cuma Jadi 'Si Paling Evaluasi'

PBSI selalu mengaku mengevaluasi kegagalan, tapi hasil buruknya kerap berulang.

Red: Israr Itah
Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia Gregoria Mariska Tunjung memperlihatkan medali perunggu saat penganugerahan medali bulu tangkis tunggal Putri Olimpiade Paris 2024 di Porte De La Chapella Arena, Paris, Prancis, Senin (5/8/2024). Gregoria menyabet medali perungggu sedangkan medali emas diraih An Se-young dari Korsel dan medali perak diraih He Bingjiao dari China.
Foto: AP Photo/Kin Cheung
Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia Gregoria Mariska Tunjung memperlihatkan medali perunggu saat penganugerahan medali bulu tangkis tunggal Putri Olimpiade Paris 2024 di Porte De La Chapella Arena, Paris, Prancis, Senin (5/8/2024). Gregoria menyabet medali perungggu sedangkan medali emas diraih An Se-young dari Korsel dan medali perak diraih He Bingjiao dari China.

Oleh: Israr Itah, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Awal Oktober tahun lalu, saya menulis seperti ini di story Instagram saya. "Cara bangkit terbaik bagi PBSI adalah ambil tiga emas di Olimpiade Paris. Mustahil? Lah...nggak dapat medali bulu tangkis di Asian Games saja dulu sepertinya mustahil, tapi sekarang kejadian. Jadi, kenapa dapat tiga emas di Olimpiade dianggap mustahil? Harusnya dibikin kejadian."

Baca Juga

Unggahan di IG tersebut saya buat merespons kegagalan PBSI membidik target medali emas Asian Games 2023. PBSI menargetkan tiga emas dari nomor beregu putra, tunggal putra, dan ganda putra. Bukan sekadar tak mendapatkan emas, untuk kali pertama Indonesia gagal merebut medali apa pun dari cabang olahraga yang katanya Indonesia banget!

China mendominasi dengan empat emas, Korea Selatan dua, dan India satu. Jepang, Thailand, China Taipei, dan Malaysia melengkapi negara yang mendapatkan medali.