Namun, setelah itu semuanya suram. Puncaknya saat Indonesia tanpa gelar di turnamen Singapore Open dan Indonesia Open yang jaraknya berdekatan pada awal Juni. Lebih buruknya, tak ada pebulu tangkis penghuni Pelatnas Cipayung yang mampu menembus semifinal. Ada nama ganda Sabar Karyaman/Reza Pahlevi, eks Pelatnas yang berhasil ke empat besar, tapi gagal ke partai puncak.
Setelah itu? Ya, benar, PBSI menyampaikan pernyataan akan melakukan evaluasi. Evaluasi menyeluruh. Melibatkan para pelatih di lima sektor "untuk mencari tahu penyebab terkait penurunan performa atlet, termasuk di Indonesia Open". Kali ini, tak ada kata "faktor mental" atau "psikis".
Kita kemudian kembali menerima fakta Indonesia hancur lebur di Olimpiade Paris. Hanya ada satu perunggu sumbangan Gregoria Mariska Tunjung setelah sebelumnya empat wakil lain tumbang di penyisihan grup dan satu tersisih di perempat final.
Ada pernyataan dari pejabat PBSI soal para atlet yang tak bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan daya juang yang kurang. Juga menyebut tekanan Olimpiade yang berbeda dibandingkan turnamen-turnamen BWF yang digelar tiap tahun. Intinya, balik lagi ke aspek mental meski kali ini tak secara eksplisit menjelaskannya.