Selasa 06 Aug 2024 13:44 WIB

Financial Times: Merek Terafiliasi Israel Alami Rugi Besar Akibat Boikot di Negara Muslim

Indonesia termasuk negara Muslim yang konsumennya disebut ikut serta aksi boikot.

Red: Andri Saubani
Massa membentangkan spanduk boikot produk Israel saat aksi bela Palestina dan launching gerakan boikot Israel dari Bandung untuk Palestina, yang digelar Aliansi Bela Palestina Boikot Israel (Ababil) di Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (13/7/2024). Dalam aksi tersebut dilakukan pemasangan dan pembentangan spanduk di depan gerai-gerai yang terafiliasi pro Israel.
Foto:

Americana Restaurants, perusahaan yang dimiliki oleh konsorsium pendanaan Arab Saudi, melaporkan keuntungan pada kuartal kedua mencapai 40 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Coca-Cola İcecek, distributor Coca-Cola di Pakistan melaporkan, volume penjualan di negara itu turun mencapai hampir 25 persen pada tiga bulan pertama 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dua perusahaan itu menyalahkan penurunan penjualan dan keuntungan pada "berubahnya arah makroekonomi" tanpa menyebutkan boikot terkait perang di Gaza. Di Malaysia, operator Starbucks, Berjaya Food, melaporkan pendapatan per kuartal mereka turun 48 persen.

Di Mesir, PepsiCo menghadapi kritik luas di media sosial pada Mei saat perusahaan itu meluncurkan kampanye iklan lewat billboard raksasa dengan slogan "Tetap haus" saat warga Palestina di Gaza menderita kelaparan akibat terbatasnya bahan makanan dan air bersih untuk diminum.

Hazem Tamimin, pemilik sebuah supermarket di lingkungan Zamalek di Kaior mengatakan, penjualan Coca-Cola, Pepsi, Ariel, Persil, Cadbury, dan produk Nestle turun hingga 50 persen. Dia menambahkan, meski warga di sekitaran supermarketnya tetap membeli air mineral, "tapi secara khusus mereka meminta merek Mesir daripada Nestle atau air mineral Dasani yang dimiliki Coca-Cola.”